JAKARTA. Biaya bahan bakar menjadi kontributor terbesar dalam beban operasional penerbangan dalam bisnis penerbangan. Beban pelaku usaha itu makin berat tatkala nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah sebab belanja avtur semua dalam dollar AS. Catatan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk sepanjang 2013 misalnya, mencatat biaya bahan bakar US$ 1,42 miliar. Nilai itu setara dengan 63,28%. terhadap total beban operasional penerbangan. Demikian pula dengan laporan keuangan I-2014 dimana kontribusi beban bahan bakar tercatat 63,37% terhadap total beban operasional penerbangan yakni US$ 1,19 miliar. Tak ayal porsi beban itu mengancam torehan laba bersih. Nah, dalam rangka mengempiskan beban bahan bakar itu, Garuda Indonesia berstrategi dengan mengganti armada pesawat lawas Boeing 737-800 Next Generation menjadi Boeing 737 Max 8.
Garuda terbang dengan armada baru
JAKARTA. Biaya bahan bakar menjadi kontributor terbesar dalam beban operasional penerbangan dalam bisnis penerbangan. Beban pelaku usaha itu makin berat tatkala nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah sebab belanja avtur semua dalam dollar AS. Catatan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk sepanjang 2013 misalnya, mencatat biaya bahan bakar US$ 1,42 miliar. Nilai itu setara dengan 63,28%. terhadap total beban operasional penerbangan. Demikian pula dengan laporan keuangan I-2014 dimana kontribusi beban bahan bakar tercatat 63,37% terhadap total beban operasional penerbangan yakni US$ 1,19 miliar. Tak ayal porsi beban itu mengancam torehan laba bersih. Nah, dalam rangka mengempiskan beban bahan bakar itu, Garuda Indonesia berstrategi dengan mengganti armada pesawat lawas Boeing 737-800 Next Generation menjadi Boeing 737 Max 8.