Gas alam gagal melanjutkan penguatan



JAKARTA. Harga gas alam kembali melemah setelah sempat ke level tertinggi satu bulan pada pekan lalu. Perkiraan cuaca dingin rupanya tidak mampu mengangkat harga gas alam cukup lama.

Mengutip Bloomberg, Senin (21/3) pukul 14.30 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman April 2016 di New York Merchantile Exchange melemah 0,73% ke level US$ 1,893 per mmbtu dibanding sehari sebelumnya. Sedangkan dalam sepekan terakhir, gas alam menguat 4%.

Pekan lalu, harga gas alam sempat menyentuh US$ 1,936 per mmbtu atau level tertinggi sejak 17 Februari. Secara mingguan, gas alam pun masih mencatat penguatan dalam dua pekan berturut-turut.


Commodity Weather Group meramalkan udara dingin di atas normal atau lebih dingin akan mulai melanda pesisir timur AS. Sementara Accu Weather meramalkan udara di New Yok akan berada di level minus 2 derajat celcius atau 8 derajat di bawah rata-rata hingga tanggal 20 Maret.

"Sesuai perkiraan cuaca, musim dingin di beberapa wilayah sedikit lebih dingin sehingga meningkatkan permintaan gas alam," papar Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures.

Perkiraan cuaca dingin berhasil mengangkat harga gas alam meski produksi belum menunjukkan tanda-tanda penurunan signifikan yang dapat menyeimbangkan pasar.

Pekan lalu, Energy Information Administration (EIA) AS merilis cadangan gas alam yang hanya turun 1 miliar kaki kubik. Angka ini paling kecil jika dibandingkan dengan rata-rata penarikan gas alam selama lima tahun yang mencapai 81 miliar kaki kubik per minggu.

Harga gas alam kembali melemah lantaran pelaku pasar masih menunggu rilis data cadangan gas alam mingguan AS pada tanggal 24 Maret mendatang. "Kekhawatiran akan terjadi kelebihan pasokan masih ada seiring berakhirnya musim dingin," lanjut Andri.

Sementara untuk jangka panjang, Andri melihat prospek gas alam masih cukup baik.

Energy Information Administration memperkirakan jika gas alam akan mengambil alih peran batubara sebagai bahan utama pembangkit energi di Negeri Paman Sam, maka gas alam menjadi pilihan untuk menggantikan batubara yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Apalagi, harga gas alam saat ini semakin murah di bawah US$ 2 per mmbtu.

EIA juga memperkirakan pangsa pasar gas alam sebagai sumber pembangkit listrik akan tumbuh menjadi 33% tahun ini. Sementara untuk pangsa pasar batubara akan turun menjadi 28%. Untuk pertama kalinya sejak tahun 1949, gas alam akan menjadi sumber utama energi listrik AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie