JAKARTA. Harga gas alam sedikit terangkat. Penguatan ini didukung ekspektasi membaiknya konsumsi energi di AS, sebagai konsumen terbesar energi ramah lingkungan. Namun, penguatan ini masih relatif rapuh karena secara fundamental harga gas alam masih dalam tren koreksi. Harga gas alam untuk kontrak pengiriman Agustus 2013 di bursa New York Mercantile Exchange (Nymex), Selasa (23/7), naik 1,03% menjadi US$ 3,715 per million metric british thermal unit (mmbtu) dibanding harga sehari sebelumnya. Namun, jika dibandingkan harga tertingginya sepanjang tahun ini di level US$ 4,500 per mmbtu pada 19 April lalu, harga komoditas ini turun sebesar 17,44%. Gas alam mendapat sentimen negatif dari laporan Badan Informasi Energi (EIA) Amerika yang menyatakan cadangan gas alam naik sekitar 58 miliar kubik kaki pada pekan yang berakhir pada 12 Juli. Sebab, lembaga perkiraan cuaca memprediksi temperatur cuaca di AS akan relatif lebih hangat, sehingga permintaan gas alam sebagai bahan bakar pembangkit listrik untuk penghangat ruangan akan berkurang. Berdasarkan data EIA, kebutuhan gas alam untuk pembangkit tenaga listrik menyumbang 32% dari total permintaan gas alam di AS.
Gas alam masih dalam tren koreksi
JAKARTA. Harga gas alam sedikit terangkat. Penguatan ini didukung ekspektasi membaiknya konsumsi energi di AS, sebagai konsumen terbesar energi ramah lingkungan. Namun, penguatan ini masih relatif rapuh karena secara fundamental harga gas alam masih dalam tren koreksi. Harga gas alam untuk kontrak pengiriman Agustus 2013 di bursa New York Mercantile Exchange (Nymex), Selasa (23/7), naik 1,03% menjadi US$ 3,715 per million metric british thermal unit (mmbtu) dibanding harga sehari sebelumnya. Namun, jika dibandingkan harga tertingginya sepanjang tahun ini di level US$ 4,500 per mmbtu pada 19 April lalu, harga komoditas ini turun sebesar 17,44%. Gas alam mendapat sentimen negatif dari laporan Badan Informasi Energi (EIA) Amerika yang menyatakan cadangan gas alam naik sekitar 58 miliar kubik kaki pada pekan yang berakhir pada 12 Juli. Sebab, lembaga perkiraan cuaca memprediksi temperatur cuaca di AS akan relatif lebih hangat, sehingga permintaan gas alam sebagai bahan bakar pembangkit listrik untuk penghangat ruangan akan berkurang. Berdasarkan data EIA, kebutuhan gas alam untuk pembangkit tenaga listrik menyumbang 32% dari total permintaan gas alam di AS.