JAKARTA. Industri sarung tangan karet mulai beralih ke energi alternatif dengan memanfaatkan cangkang kelapa sawit. Ini adalah strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan gas yang seret di dalam negeri."Di Sumatera, banyak cangkang kelapa sawit yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku energi pengganti gas," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Indonesia (ASTA) Ahmad Safiun, akhir pekan lalu.Masalahnya, konversi dari energi gas ke sumber energi lain butuh penggantian seluruh instalasi energi. Butuh biaya besar untuk ini. Dalam hitungan Safiun, setiap pabrik memerlukan dana instalasi US$ 1 juta - US$ 2 juta. Asumsinya, setiap pabrik punya 2-4 lini produksi dan setiap lini perlu dana sekitar US$ 500.000. Meski investasi cukup mahal, kata Safiun, sebagian pengusaha industri sarung tangan karet sudah mengalihkan pasokan bahan baku energinya dari gas ke cangkang sawit.Safiun bilang, total kebutuhan gas untuk industri ini mencapai 4 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Jika pasokan energi untuk industri sarung tangan karet ini terpenuhi, Safiun berharap, tahun ini, industri bisa memproduksi sarung tangan 10 miliar - 12 miliar unit dari total kapasitas terpasang industri yang sebanyak 15 miliar unit.Namun, jika pasokan energi tahun ini tak cukup, mungkin, total produksi cuma 7,5 miliar unit saja dari tujuh pabrik di Indonesia. Tahun lalu, total produksi cuma 5 miliar unit, turun 58,3% ketimbang tahun 2008 yang sebanyak 12 miliar buah. Sedangkan tahun lalu, produksi sarung tangan karet cuma 5 miliar unit.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Gas Seret, Pabrik Pakai Cangkang Sawit
JAKARTA. Industri sarung tangan karet mulai beralih ke energi alternatif dengan memanfaatkan cangkang kelapa sawit. Ini adalah strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan gas yang seret di dalam negeri."Di Sumatera, banyak cangkang kelapa sawit yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku energi pengganti gas," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Indonesia (ASTA) Ahmad Safiun, akhir pekan lalu.Masalahnya, konversi dari energi gas ke sumber energi lain butuh penggantian seluruh instalasi energi. Butuh biaya besar untuk ini. Dalam hitungan Safiun, setiap pabrik memerlukan dana instalasi US$ 1 juta - US$ 2 juta. Asumsinya, setiap pabrik punya 2-4 lini produksi dan setiap lini perlu dana sekitar US$ 500.000. Meski investasi cukup mahal, kata Safiun, sebagian pengusaha industri sarung tangan karet sudah mengalihkan pasokan bahan baku energinya dari gas ke cangkang sawit.Safiun bilang, total kebutuhan gas untuk industri ini mencapai 4 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Jika pasokan energi untuk industri sarung tangan karet ini terpenuhi, Safiun berharap, tahun ini, industri bisa memproduksi sarung tangan 10 miliar - 12 miliar unit dari total kapasitas terpasang industri yang sebanyak 15 miliar unit.Namun, jika pasokan energi tahun ini tak cukup, mungkin, total produksi cuma 7,5 miliar unit saja dari tujuh pabrik di Indonesia. Tahun lalu, total produksi cuma 5 miliar unit, turun 58,3% ketimbang tahun 2008 yang sebanyak 12 miliar buah. Sedangkan tahun lalu, produksi sarung tangan karet cuma 5 miliar unit.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News