Gawat, Kebakaran Hutan Di Sekitar Danau Toba Terus Berulang



Danau Toba - Kebakaran hutan kerap terjadi di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara belakangan ini. Masyarakat di sekitar Danau Toba dihimbau tidak melakukan kegiatan yang berpotensi membakar hutan.

Kebakaran hutan di sekitar Danau Toba dikhawatirkan merusak lingkungan dan menganggu iklim pariwisata. Pasalnya, belakangan ini banyak wisatawan lokal dan asing yang mengunjungi Danau Toba.

Data dari Dinas Pariwisata Sumatera Utara menunjukkan, jumlah kunjungan wisman ke provinsi tersebut pada tahun 2021 sebanyak 230 orang, lalu pada tahun 2022 meningkat jadi 74.498 orang, dan pada periode Januari-Juni 2023 mencapai 94.815 orang.


Peningkatan kunjungan wisatawan itu terutama karena Geopark Kaldera Toba yang masuk daftar UNESCO Global Geopark.

Baca Juga: Jadi Google Doodle, Ini Cerita Danau Toba dan Fakta Menarik yang Perlu Disimak

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) melalui Unit Pelaksana Tugas Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) II Pematang Siantar, memperkirakan sekitar 70 hektar hutan lindung terbakar dari Januari hingga Agustus 2023. Kepala Seksi (Kasi) Penindakan dan Pemberdayaan Hutan Masyarakat UPT KPH II Pematang Siantar, Tigor Siahaan mengatakan, kebakaran hutan itu terjadi di kawasan daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba, Kabupaten Simalungun.

Adapun lokasinya di Kecamatan Haranggaol Horison di Desa Haranggaol dan Desa Sihalpe, kemudian di Kecamatan Purba di Desa Purba Dolok dan Desa Dolok Saribu. Kemudian Kecamatan Pamatang Silimahuta di Desa Bangun Mariah dan Perbukitan Sipiso piso. Kondisi hutan tersebut ditumbuhi semak belukar dan pohon pinus di daerah perbukitan yang terjal dan curam.

"Pada 2023 lebih kurang 70 hektar. Tapi ini bisa berulang ulang. Kondisi hutan semak belukar, terjal, dan curam. Semak ini terbakar kena ke pohon-pohon. Pohonnya pinus," kata Tigor ditemui di kantornya, Selasa (29/8/2023).

"Membakar sampah saja di pemukiman warga, percikan apinya terbawa angin ke perbukitan yang semak belukar sudah terbakar," ucapnya menambahkan.

Menurut Tigor, kebakaran diakibatkan rendahnya kesadaran warga terhadap kebakaran hutan. Selain musim kemarau, di DTA Danau Toba terdapat kondisi semak belukar yang mudah terbakar, apalagi saat musim kemarau.

"Kurangnya kesadaran masyarakat, misalnya ada buang puntung rokok sembarangan, itu memicu kebakaran," tutur dia.

Tigor mengemukakan, kebakaran hutan selama 2023 cenderung lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya, karena musim kemarau lebih panjang. "Kemudian perladangan warga yang berpindah, yang membuka lahan. Mereka mikir dari pada mengupah pekerja berhari-hari, jadi dibakar. Nah itu juga penghematan biaya operasional untuk membuka lahan," ucapnya.

"Kalau peningkatan, ini tergantung musim. Kalau musim kemarau, kebakarannya meluas. Kalau tahun ini kemaraunya nggak sepanjang tahun lalu, tahun lalu parah sekali," tambah Tigor.

Masih kata Tigor, kebakaran hutan di sekitar Danau Toba sulit ditangani karena medan hutan yang sulit dijangkau. Selama ini penanggulangan dilakukan secara manual. "Ada kesulitan dalam memadamkan api karena medan curam dan berbukit. Kalau memadamkan api ya, bahu membahu lah dengan masyarakat," ucapnya.

Dalam mengantisipasi kebakaran hutan yang berulang di sekitar Danau Toba, pihaknya berupaya mengedukasi masyarakat, bekerjasama dengan pemerintah desa mensosialisasikan bahaya kebakaran hutan.

"Kita lebih aktif ke lokasi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat melalui pemerintah desa. Sebab kawasan hutan ini mudah terbakar. Kita sosialisasi supaya tidak terjadi kebakaran, jadi harus dijaga. Karena mengharapkan tenaga Kehutanan susah juga," tutupnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dalam 8 Bulan, 70 Hektar Hutan Lindung di DTA Danau Toba Simalungun Terbakar",

Penulis : Teguh Pribadi Editor : Reni Susanti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto