JAKARTA. Pengendalian penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi nyatanya membawa dampak negatif bagi pemerintah. PT Pertamina memperkirakan, pengendalian konsumsi BBM bersubsidi malah akan mempercepat habisnya kuota BBM bersubsidi tahun ini sebesar 46 juta kiloliter (kl). Pasalnya, pengendalian penggunaan BBM bersubdisi justru menimbulkan kepanikan alias panic buying di masyarakat. Kebijakan itu malah memicu pada penggunaan BBM bersubsidi yang lebih besar dari sebelumnya. "Kuota BBM subsidi akan habis lebih cepat dari perkiraan awal," tandas Suhartoko, Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina, usai konferensi pers penyaluran BBM bersubsidi untuk nelayan di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kamis (4/9). Namun, Suhartoko enggan menjelaskan perkiraan periode habisnya kuota BBM bersubsidi. Yang pasti, Pertamina mencatat penyaluran BBM bersubsidi hingga akhir Agustus sebesar 30,80 juta kl. Jumlah itu terdiri dari premium sebanyak 19,70 juta kl, solar bersubsidi 10,50 juta kl, dan minyak tanah 618.000 kl.
Gawat, kuota BBM subsidi bisa habis lebih cepat
JAKARTA. Pengendalian penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi nyatanya membawa dampak negatif bagi pemerintah. PT Pertamina memperkirakan, pengendalian konsumsi BBM bersubsidi malah akan mempercepat habisnya kuota BBM bersubsidi tahun ini sebesar 46 juta kiloliter (kl). Pasalnya, pengendalian penggunaan BBM bersubdisi justru menimbulkan kepanikan alias panic buying di masyarakat. Kebijakan itu malah memicu pada penggunaan BBM bersubsidi yang lebih besar dari sebelumnya. "Kuota BBM subsidi akan habis lebih cepat dari perkiraan awal," tandas Suhartoko, Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina, usai konferensi pers penyaluran BBM bersubsidi untuk nelayan di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kamis (4/9). Namun, Suhartoko enggan menjelaskan perkiraan periode habisnya kuota BBM bersubsidi. Yang pasti, Pertamina mencatat penyaluran BBM bersubsidi hingga akhir Agustus sebesar 30,80 juta kl. Jumlah itu terdiri dari premium sebanyak 19,70 juta kl, solar bersubsidi 10,50 juta kl, dan minyak tanah 618.000 kl.