KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sejak disentil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir, harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) cenderung mengalami penurunan terus. Pada penutupan bursa saham Rabu (26/2), harga saham TLKM turun 80 poin atau 2,23% dan berakhir di level Rp 3.510 per saham. Jika dihitung sejak disentil Erik pada 12 Februari 2020 hingga Rabu (26/2), harga saham TLKM turun 8,1%.
Baca Juga: Saham Mid Caps dan Small Caps Jadi Penopang IHSG Di periode yang sama, saham TLKM kehilangan nilai kapitalisasi pasar (market cap) sekitar Rp 30,7 triliun. Pada 12 Februari 2020, saham TLKM memiliki market cap sekitar Rp 378,1 triliun. Rabu (26/2), market cap saham TLKM sekitar Rp 347,71 triliun. Sejak disentil Erick pula investor asing mulai menjual saham TLKM. Menurut data RTI, asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) saham TLKM senilai Rp 99,44 miliar pada perdagangan saham Rabu. Sementara sepekan terakhir, net sell asing di saham TLKM tercatat senilai Rp 28,97 miliar. Padahal sebulan lalu atau sebelum dikritik Erick, investor asing mencatatkan pembelian bersih (
net buy) sekitar Rp 298,30 miliar.
Baca Juga: Mengintip ekspansi Telekomunikasi Indonesia (TLKM) di Timor Leste Menurut Kompas.com, sebelumnya, Erick Thohir mengeritik gaya bisnis Telkom Tbk yang dianggapnya belum mengikuti perkembangan zaman. Menurut Erick, pendapatan dan dividen Telkom mayoritas disokong oleh anak usahanya yang bergerak di bisnis telekomunikasi seluler, yakni PT Telkomsel. Erick mengungkapkan, selama ini Telkomsel menopang sekitar 70% pendapatan TLKM. Besarnya ketergantungan TLKM terhadap Telkomsel itulah yang dipertanyakan Erick. “Mendingan enggak ada Telkom. Langsung saja Telkomsel ke BUMN. Dividennya jelas,” ujar Erick di Jakarta, Rabu (12/2/2020). Pemilik Grup Mahaka itu yang juga adik Garibaldi Thohir, pemilik saham Adaro dan juga operator telekomunikasi PT Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia), menjelaskan, seharusnya saat ini Telkom mulai serius menggarap potensi bisnis di ranah big data. Sebab, bisnis tersebut saat ini masih dikuasai oleh perusahaan asing.
Baca Juga: IndiHome targetkan 8,3 juta pelanggan tahun ini, berikut strateginya “Makanya kita mau Telkom berubah ke arah salah satunya ke database, big data, cloud. Masa cloud-nya dipegang Alicloud. Masa database kita diambil negara lain,” kata Erick. Atas dasar itu, Erick saat ini tengah mengkaji beberapa model bisnis dari perusahaan pelat merah. Menurut dia, nantinya perusahaan BUMN akan ada yang berfokus ke bisnis dan ada juga yang berfokus menjalankan program pemerintah. “Di Indonesia,
public service itu penting, makanya kita mapping mana BUMN yang masuk dalam klaster bisnis banget, misal Telkomsel. Ada juga klaster yang harus berbisnis, tapi juga ada subsidi kayak PLN, Pertamina, dan Bank BRI yang ditugaskan KUR,” ucap dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini