JAKARTA. Menteri Agama, Suryadharma Ali menuturkan kemungkinan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) tahun 2011 ini bakal jauh lebih mahal ketimbang tahun sebelumnya. Ini lantaran imbas naiknya tarif penerbangan haji yang jatuh di angka US$ 2.010.

"Jadi ongkos naik haji juga akan bertambah. Kalau sebelumnya tarif penerbangan haji sebesar US$ 1.734, sekarang menjadi US$ 2.010," katanya di kantor Wakil Presiden, Rabu (20/7).

Suryadharma mengakui kesepakatan soal tarif pengangkutan haji ini tidak sesuai dengan harapan pemerintah dan DPR. Meski demikian angka US$2.010 itu telah menjadi kesepakatan antara Menteri Agama, Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Direktur Utama Garuda Indonesia Garuda Emirsyah Satar dengan komisi VIII DPR. "Setelah pembahasan yang sangat alot karena Garuda meminta semula US$ 2.760," katanya.

Naiknya tarif penerbangan haji ini tidak dapat dihindari, alasannya karena disebabkan tingginya harga avtur atau bahan bakar pesawat. Suryadharma menuturkan posisi avtur saat ini menyentuh posisi di US$101 per liter. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, hanya pada kisaran US$68 per liter. "Kenaikan ini wajar dan tidak bisa dihindari, soalnya kenaikan harga fuel," tegasnya.

Suryadharma menuturkan tidak ada pemberian insentif untuk menekan harga tarif penerbangan haji ini. Insentif menurutnya hanya diberikan untuk pembenahan kualitas pelayanan pemondokan jemaah haji. Tahun ini jarak pondokan bisa disebut berada pada ring satu atau di sekitar Kabah dan Mesjid Nabawi. "Sekarang berada di ring satu semua dengan perubahan definisi kalau dulu ring satu berada di jarak 2000 meter sekarang 2500 meter dan ring dua tidak ada," katanya.

Sejauh ini Suryadharma belum dapat memastikan berapa besar kenaikan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) untuk tahun ini. Pasalnya ada beberapa komponen dari keseluruhan BPIH yang belum diputuskan seperti harga pondokan serta juga terkait subsidi pondokannya. Sebagai gambarannya tahun kemarin pemerintah menetapkan biaya pelaksanaan ibadah haji 2010 sebesar US$ 3.342.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.