JAKARTA. Pergerakan mata uang Yen akhirnya menyerah di hadapan poundsterling. Rilis data ekonomi Jepang menjadi peluang bagi GBP untuk mengungguli JPY. Mengutip Bloomberg, Jumat (25/12) pasangan GBP/JPY menguat tipis 0,01% di level 179,57 dibanding sehari sebelumnya. Wahyu Tri Wibowo, analis Central Capital Futures mengatakan, poundsterling menjadi mata uang paling lemah di antara mata uang utama lain setelah The Fed mengadakan pertemuan FOMC dan menaikkan tingkat suku bunga menjadi 0,5%. Bahkan pasangan GBP/JPY sempat mencapai level terendah sejak April 2015. Secara fundamental, mata uang GBP juga minim sentimen positif. Data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2015 direvisi menjadi 0,4% atau di bawah sebelumnya 0,5%. Pengeluaran rumah tanggal di Inggris akan mencapai £40 miliar di atas pendapatan mereka di tahun ini. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi Inggris berdasarkan pada tingkat utang yang melonjak dan akhirnya dapat membuat negara tersebut mudah runtuh. Lembaga independen Office for Budget Responsibility (OBR) memprediksi memperingatkan bahwa Inggris dapat menuju krisis kredit seperti tahun 2008 silam lantaran tingkat pinjaman dan belanja rumah tangga yang tidak lagi dapat diatur. "Ketidakjelasan ini memicu pesimistis Bank of England (BoE) akan mengikuti The Fed menaikkan suku bunga. Bisa jadi BOE terancam memangkas suku bunga," papar Wahyu. Di sisi lain, pergerakan Yen cenderung menguat setelah Bank Sentral Jepang (BOJ) mempertahankan stimulus ekonomi. Hanya saja, data ekonomi Jepang yang dirilis akhir pekan ini memberi sentimen negatif. Seperti data pengeluaran rumah tangga Jepang bulan November secara tahunan minus 2,9% dibanding sebelumnya minus 2,4% dan proyeksi minus 2,1%. Lalu data inflasi inti Tokyo bulan November secara tahunan hanya naik tipis menjadi 0,1% dari sebelumnya 0,05 meski sesuai dengan proyeksi. Wahyu melihat penguatan GBP/JPY sebagai hal yang wajar lantaran secara teknikal sudah oversold. Kenaikan tersebut bisa berlanjut dalam jangka pendek. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
GBP ambil peluang mengungguli Yen
JAKARTA. Pergerakan mata uang Yen akhirnya menyerah di hadapan poundsterling. Rilis data ekonomi Jepang menjadi peluang bagi GBP untuk mengungguli JPY. Mengutip Bloomberg, Jumat (25/12) pasangan GBP/JPY menguat tipis 0,01% di level 179,57 dibanding sehari sebelumnya. Wahyu Tri Wibowo, analis Central Capital Futures mengatakan, poundsterling menjadi mata uang paling lemah di antara mata uang utama lain setelah The Fed mengadakan pertemuan FOMC dan menaikkan tingkat suku bunga menjadi 0,5%. Bahkan pasangan GBP/JPY sempat mencapai level terendah sejak April 2015. Secara fundamental, mata uang GBP juga minim sentimen positif. Data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2015 direvisi menjadi 0,4% atau di bawah sebelumnya 0,5%. Pengeluaran rumah tanggal di Inggris akan mencapai £40 miliar di atas pendapatan mereka di tahun ini. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi Inggris berdasarkan pada tingkat utang yang melonjak dan akhirnya dapat membuat negara tersebut mudah runtuh. Lembaga independen Office for Budget Responsibility (OBR) memprediksi memperingatkan bahwa Inggris dapat menuju krisis kredit seperti tahun 2008 silam lantaran tingkat pinjaman dan belanja rumah tangga yang tidak lagi dapat diatur. "Ketidakjelasan ini memicu pesimistis Bank of England (BoE) akan mengikuti The Fed menaikkan suku bunga. Bisa jadi BOE terancam memangkas suku bunga," papar Wahyu. Di sisi lain, pergerakan Yen cenderung menguat setelah Bank Sentral Jepang (BOJ) mempertahankan stimulus ekonomi. Hanya saja, data ekonomi Jepang yang dirilis akhir pekan ini memberi sentimen negatif. Seperti data pengeluaran rumah tangga Jepang bulan November secara tahunan minus 2,9% dibanding sebelumnya minus 2,4% dan proyeksi minus 2,1%. Lalu data inflasi inti Tokyo bulan November secara tahunan hanya naik tipis menjadi 0,1% dari sebelumnya 0,05 meski sesuai dengan proyeksi. Wahyu melihat penguatan GBP/JPY sebagai hal yang wajar lantaran secara teknikal sudah oversold. Kenaikan tersebut bisa berlanjut dalam jangka pendek. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News