GDST ingin ekspansi ke Australia & Eropa



JAKARTA. Produsen baja masih menunggu pesanan dari proyek pemerintah.

Ffluktuasi kurs Rupiah terhadap dolla dan lemahnya harga baja dunia menjadi salah satu masalah produsen baja meraup keuntungan.

Menurut Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk, (GDST) Hadi Sutjipto mengatakan melambatnya permintaan baja disebabkan melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS, rendahnya harga baja dunia dan melambatnya perekonomian Tiongkok, yang menjadi masalah di tahun kemarin.


”Adanya persoalan tersebut membuat penjualan kita pun berkurang,” kata Hadi, kepada KONTAN, Jumat (15/1).

Namun dia belum mau memperinci pendapatanya pada akhir tahun 2015 kemarin berapa.

Namun, terlihat memang dari laporan keuangan, tercatat penjualan bersih perusahaan hingga kuartal III kemarin mencapai Rp 657 miliar, merosot 30,1% dibandingkan penjualan pada periode yang sama di 2014.

Rincianya penjualan plat domestik menurun hampir setengahnya, dari Rp 813 miliar di kuartal III 2014, menurun 44,5% menjadi Ro 451 miliar.

Sementara peningkatan ekspor yang cukup tinggi, 90% menjadi Rp 145 miliar dari Rp 76 miliar.

Melihat peningkatan pasar ekspor yang cukup tinggi, Hadi mengatakan akan menambah negara tujuan ekspor di 2016 ini.

”Kita berencana mengembangkan pasar ekspor di Australia, dan kawasan Asia serta Eropa,” kata Hadi.

Perusahaan juga sudah mempersiapkan Plate Mill baru yang akan selesai 2017.

Itu nantinya membuat tambahan total kapasitas produksi dari PT GDST menjadi 1,4 ton baja pertahun.

Hadi pun berharap agar adanya permintaan dari proyek pemerintah agar bisa bergulir lebih cepat.

Jadi bisa mendorong permintaan domestik agar tidak terus menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto