KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati perusahaan
multifinance sudah mulai pulih dari tekanan pandemi, likuiditas keuangan perusahaan
multifinance nyatanya masih terbatas. Hal tersebut ditunjukkan oleh
gearing ratio (GR) industri
multifinance yang masih dalam tren penurunan. Terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Mei 2022,
gearing ratio industri menyentuh angka 1,94 kali, turun dari periode Mei 2022 yakni 1,97 kali. Angka tersebut juga turun dari tahun sebelumnya tahun yang ada di angka 2,01 kali dan dari bulan April 2022 yang juga ada di angka 2,01. Sejatinya, sesuai dengan POJK Nomor 35 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan, perusahaan bisa memaksimalkan batasan
gearing ratio yang paling tinggi 10 kali.
Gearing ratio ini mengukur seberapa besar
multifinance bergantung pada utang melalui perbandingan dengan modal sendiri.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, hal ini dikarenakan selama tahun 2020 pinjaman perbankan relatif tidak terlalu banyak.
Baca Juga: Menutup Semester Pertama, Laba Clipan Finance Melorot 88,8% Oleh karenanya, Suwandi menyebut tidak meratanya pendanaan yang disalurkan oleh bank ke
multifinance mempengaruhi
gearing ratio secara industri yang masih terus mengalami penurunan. "Saat ini adalah kesempatan industri pembiayaan untuk pulih kembali,
recovery. Ini perlahan sudah mulai merangkak, perbankan juga sudah kembali satu persatu melakukan pendanaan," jelas Suwandi kepada kontan.co.id, Minggu (24/7). Menurutnya, perlahan hal ini akan menjadi pertumbuhan pada
equity, sejalan seiring dengan pertumbuhan yang ada di industri otomotif.
Gearing ratio yang masih kecil juga dialami oleh Clipan Finance, dimana per Juni 2022 angkanya baru mencapai 0,5 kali. Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo pun menyampaikan bahwa dikarenakan bisnis yang juga turun dalam dua tahun terakhir, dan sebagian besar
Cost of Fund hanya di
support dari Panin Bank. Kendati demikian, Harjanto menyebut pendanaan di Clipan tidak sulit, karena selain
support dari induk perusahaan. Selain itu bank-bank besar juga sudah ada
line komitmen jika pihaknya perlukan. "Untuk GR tahun ini sepertinya masih di bawah 1 kali, walau pertumbuhan pembiayaan Clipan dari Rp 3,69 Triliun pada 2021 ke Rp 6 Triliun pada 2022
support dari Panin Bank
full," kata Harjanto.
Baca Juga: Suku Bunga BI Tetap di Level 3,5%, Multifinance Ikut Tahan Bunga Pembiayaan Oleh karena itu, dalam menjaga rasio GR, kata Harjanto, Clipan menjaga portofolio pembiayaan yang sesuai dengan mitigasi Risk Panin Bank. Kalau pun ada yang tidak bisa menggunakan Joint Financing Panin karena perbedaan Mitigasi Resiko, maka saat Clipan pakai pinjaman dari Bank Lain. Sebaliknya, CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) CNAF justru alami kenaikan pada rasio GR menjadi 2,6 kali di periode Juni 2022, hal ini disebabkan karena pertumbuhan aset kelolaan perusahaan menjadi sebesar 51% YoY dari Rp 5,9 triliun di 2021 ke Rp 8,8T per Juni 2022. "Selain itu, seiring pertumbuhan pembiayaan baru di industri mobil di Indonesia, juga likuiditas perbankan masih menunjukkan angka yang cukup tinggi sehingga penyerapan untuk pembiayaan konsumsi masih dapat dilakukan," ungkap Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman. Saat ini, CNAF memperoleh pendanaan bersumber dari pembiayaan Bersama (JF) dengan induk usaha dan pinjaman bank. Seiring pertumbuhan aset di CNAF dan kepercayaan dari bank-bank, nilai saldo pendanaan CNAF mengalami kenaikan menjadi Rp 4,23 triliun di periode Juni 2022. Selain itu, total fasilitas pinjaman bank yang masih tersedia sampai periode Juni 2022 sebesar Rp 3,78 triliun. Angka tersebut belum termasuk rencana pinjaman baru maupun rencana penerbitan SUKUK. "Ketersediaan sumber pendanaan tersebut sesuai dengan strategi CNAF dalam meningkatkan aset kelolaan seiring perbaikan ekonomi sekaligus kepercayaan pasa atas kinerja CNAF yang semakin membaik," kata Ristiawan.
Baca Juga: Pefindo Tetapkan Peringkat idAA untuk Obligasi BRI Finance Melihat pertumbuhan portfolio CNAF sampai bulan Juni 2022 yang meningkat sebesar 51% YoY, CNAF optimis bahwa pembiayaan baru kepada konsumen akan meningkat di akhir tahun 2022 sebesar 50% atau senilai Rp 9 triliun - 10 triliun. "Komposisi pendanaan tersebut kita jaga di angka 50:50 sehingga
Gearing Ratio diperkirakan 2,6 kali sampai akhir tahun 2022. Tapi ini memang masih tetap jauh dari batas maksimal yang ditentukan oleh
regulate di angka 10 kali," ujarnya. Sama halnya dengan CNAF, Mandiri Utama Finance juga mengakui, di tengah pertumbuhan yang agresif, nilai pembiayaan MUF secara (YoY) tumbuh 64,5%, rasio GR MUF justru terkelola baik dan dapat diturunkan.
Hal ini disebut Direktur Utama PT Mandiri Utama Finance (MUF) Stanley Setia Atmadja terkait erat dengan strategi MUF yang lebih memprioritaskan pendanaan pada skema pembiayaan bersama (
joint financing) untuk mendukung pertumbuhan pembiayaan. "Dari sisi dukungan pendanaan, tahun ini kondisinya lebih baik dan justru tidak ada kendala dalam hal ketersediaan fasilitas dari bank. Jadi penurunan GR MUF ini adalah
by design, sesuai strategi perusahaan, dan tidak terkait dengan ketersediaan
support dari bank," kata Stanley. Oleh karena itu, Stanley memproyeksikan GR MUF akan terus tumbuh hingga akhir tahun 2022 ini, dan di harapkan dapat ditutup di angka 7 kali pada akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi