JAKARTA. Upaya pemerintah dalam mengembangkan program mobil karya dalam negeri atau mobil nasional (Mobnas) harus mewaspadai resistensi dari perusahaan otomotif multinasional yang sudah eksis di Indonesia. Resistensi itu sangat mungkin terjadi karena pasar otomotif di Indonesia dikuasai oleh merek global terutama merek-merek dari Jepang.Direktur Basis Industri Manufaktur (BIM) Panggah Susanto menjelaskan, resistensi perusahaan multinasional bermerek global bisa menjadi satuhambatan tersendiri. "Perlu diwaspadai upaya-upaya dalam menghambat berkembangnya mobil nasional ini," kata Panggah membacakan jawaban Kementerian Perindustrian dalam RDP di Komisi VI DPR RI, Rabu (25/1).Selain hambatan resistensi merek global, Kementerian Perindustrian memberikan catatan lain seperti supply chain dari industri komponennasional yang mayoritas UKM. Hal itu menyebabkan kualitas dan kontiuitas kurang terjaga.Produksi merek baru juga belum didukung dengan jaringan after sales service. Padahal industri mobil sangat bergantung dari jaringan aftersales service dalam penyediaan sparepart, service, dan sales.Menanggapi resistensi itu, anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Hanura, Erik Satria Wardhana mengatakan pemerintah harus berani menghadapi tekanan dari pihak Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) merek global yang ada di Indonesia. "Kalau bapak-bapak (KementerianPerindustrian) siap, kami (DPR) siap mem-back up," kata Erik.Resistensi dari perusahaan multinasional memang cukup beralasan. Maklum, kehadiran merek lokal yang didukung dengan kebijakan pemerintah akan menjadi pesaing bagi perusahaan otomotif global dalam merebutkan pasar mobil di Indonesia. Apalagi pemerintah selama ini kerap merayu merek global agar mau menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.Dana investasi yang ditanamkan merek asing di Indonesia juga sangat besar. Investasi terbaru di antaranya oleh Astra Daihatsu Motor senilai US$ 400 juta, Suzuki Indomobil Motor senilai US$ 800 juta, Toyoto Motor Manufacturing Indonesia senilai US$ 200 juta dan Nissan MotorIndonesia senilai US$ 100 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Geber mobnas, waspadai resistensi dari asing
JAKARTA. Upaya pemerintah dalam mengembangkan program mobil karya dalam negeri atau mobil nasional (Mobnas) harus mewaspadai resistensi dari perusahaan otomotif multinasional yang sudah eksis di Indonesia. Resistensi itu sangat mungkin terjadi karena pasar otomotif di Indonesia dikuasai oleh merek global terutama merek-merek dari Jepang.Direktur Basis Industri Manufaktur (BIM) Panggah Susanto menjelaskan, resistensi perusahaan multinasional bermerek global bisa menjadi satuhambatan tersendiri. "Perlu diwaspadai upaya-upaya dalam menghambat berkembangnya mobil nasional ini," kata Panggah membacakan jawaban Kementerian Perindustrian dalam RDP di Komisi VI DPR RI, Rabu (25/1).Selain hambatan resistensi merek global, Kementerian Perindustrian memberikan catatan lain seperti supply chain dari industri komponennasional yang mayoritas UKM. Hal itu menyebabkan kualitas dan kontiuitas kurang terjaga.Produksi merek baru juga belum didukung dengan jaringan after sales service. Padahal industri mobil sangat bergantung dari jaringan aftersales service dalam penyediaan sparepart, service, dan sales.Menanggapi resistensi itu, anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Hanura, Erik Satria Wardhana mengatakan pemerintah harus berani menghadapi tekanan dari pihak Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) merek global yang ada di Indonesia. "Kalau bapak-bapak (KementerianPerindustrian) siap, kami (DPR) siap mem-back up," kata Erik.Resistensi dari perusahaan multinasional memang cukup beralasan. Maklum, kehadiran merek lokal yang didukung dengan kebijakan pemerintah akan menjadi pesaing bagi perusahaan otomotif global dalam merebutkan pasar mobil di Indonesia. Apalagi pemerintah selama ini kerap merayu merek global agar mau menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.Dana investasi yang ditanamkan merek asing di Indonesia juga sangat besar. Investasi terbaru di antaranya oleh Astra Daihatsu Motor senilai US$ 400 juta, Suzuki Indomobil Motor senilai US$ 800 juta, Toyoto Motor Manufacturing Indonesia senilai US$ 200 juta dan Nissan MotorIndonesia senilai US$ 100 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News