Gebyar peluang dari kreasi video mapping



JAKARTA. dengan dukungan teknologi, kini manusia mampu menciptakan hal-hal yang kreatif dan unik. Salah satu kreasi berteknologi tinggi yang tengah populer adalah teknik pemetaan video (video mapping).Danar Tri, Direktur PT Sianima Animation Studio merupakan salah satu penyedia jasa video mapping. Sebelumnya, ia lama bermain di industri animasi sejak tahun 2007 di Jawa Timur. Selain animator, Danar juga kerap menjadi video jockey (VJ) di kafe-kafe. "Video mapping masuk ke Indonesia baru sekitar tahun 2010, padahal trennya di luar negeri sudah sejak tahun 2008," cerita Danar. Video mapping adalah teknik pertunjukan menggunakan proyektor. Kebanyakan pertunjukan ini menggunakan permukaan tidak rata sebagai objek. Video mapping biasanya memanfaatkan media layar besar seperti gedung. Dengan aplikasi tertentu, tampilan yang dipancarkan proyektor akan membuat permukaan yang tidak rata seakan interaktif dan hidup, sehingga video terlihat dinamis. Sianima tidak hanya mampu membuat video mapping, tapi juga film animasi, iklan animasi, site plan visual design, dan berbagai slide animasi. Danar mengaku, pernah menggelar pertunjukan video mapping di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Terma pertunjukannya disesuaikan event atau tempat yang menjadi media pertunjukan. "Saat mengerjakan video mapping di TMII yang paling berkesan karena menggambarkan suku bangsa dan tari-tarian tradisional dari seluruh nusantara," ungkap pria asal Malang ini. Pertunjukan di TMII merupakan pentas terpanjang Danar, yaitu selama 30 menit. Biasanya dia hanya mengerjakan special show paling lama 10 menit.Menurut Danar, jasa video mapping cukup menguntungkan. Sekali pentas dengan media berukuran 6 meter dihargai sekitar Rp 10 juta. Sedangkan untuk media lebih besar, seperti gedung lebih dari Rp 50 juta.

Harga sudah termasuk special show berupa animasi selama lima sampai 10 menit, dan pertunjukkan visual dinamis yang terus diputar selama acara berlangsung.Ia mengaku, omzetnya dari vodeo mapping mencapai Rp 70 juta perbulan, dengan laba bersih Rp 20 juta. "Mahalnya di peralatan," tambahnya.Di masa mendatang, menurut Danar, video mapping bakal makin populer karena banyak dipakai untuk publikasi dan advertising. "Tren sekarang bergerak ke arah audio visual performance," katanya. Perkembangan teknologi juga membuat masyarakat lebih mudah membuat dan menikmati pertunjukan ini.Latar belakang konserPemain lainnya adalah Donny Priwardhana. Pria lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YKPN Yogyakarta ini aktif di dunia video mapping sejak 2007. Waktu itu, tren visual ini memang belum masuk Indonesia. Namun Donny mulai aktif di Kuala Lumpur menangani konser artis ternama Agnes Monica.Uniknya, video mapping yang dilakukan Donny tidak mengkhususkan gedung-gedung sebagai layarnya. Ia lebih aktif dalam membuat video mapping sebagai latar belakang konser. "Seperti yang kita lihat di konser X-Factor, itu di belakangnya pakai video mapping," ujar Donny.Dengan rata-rata mengerjakan dua klien dalam sebulan, ia mengaku mendapat omzet minimal Rp 20 juta. Pria yang memiliki pekerjaan utama sebagai junior head creative di sebuah perusahaan event organizer ini mengaku belajar video mapping secara otodidak.Donny mengaku, kerap mendapat order dari stasiun televisi swasta, seperti Trans TV, Trans 7, TV One dan B-Channel. Sementara untuk order off air pernah menangani event di sejumlah perusahaan, seperti Citibank dan BRI.Kendati aktif membuat video mapping sebagai latar belakang panggung, Donny juga beberapa kali menggelar video mapping dengan gedung sebagai media layar. "Gedung atau apapun bisa dijadikan layar asal warnanya putih. Pesawat saja bisa," ujar pria 38 tahun ini.Menurut Donny, ada dua tahapan membuat video mapping. Yaitu, perencanaan konsep dengan klien dan eksekusi di lapangan.

Adi Panuntun, Founder dan Creative Head PT Sembilan Matahari menambahkan, teknik video mapping berkembang pesat di Eropa. Hal itu didukung oleh akses terhadap perangkat teknologi sangat terbuka di sana. Sementara di Indonesia, ada keterbatasan dalam hal perangkat. Ia mengaku, kebanyakan kliennya pemilik brand. Belum ada pelaku UKM yang menggunakan jasa pembuatan video mapping. Padahal, ia sendiri sangat terbuka untuk berkolaborasi memajukan UKM dengan kreasinya.Kata Adi, kebanyakan pelaku UKM masih memanfaatkan metode konvensional seperti poster atau memajang produk untuk ajang promosi. "Padahal kalau pakai video mapping pameran bisa dibuat sangat menarik," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini