Gedung kampanye Trump sepi, Tiktokers dan Pecinta K-Pop daftar jadi peserta palsu



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Para pengguna TikTok dan penggemar musik pop Korea mengambil tindakan parsial untuk ikut andil dalam kampanye Presiden Donald Trump. Caranya, mereka memesan tiket untuk hadir dalam acara kampanye Trump tapi mereka tidak berniat untuk hadir. Bahkan, tidak sedikit dari mereka menggunakan nama dan nomor telepon palsu. 

Upaya ini untuk menggelembungkan harapan kehadiran penonton di arena tempat pertama kali Presiden Trump melakukan reli kampanye di Tulsa, Oklahoma, pada hari Sabtu lalu (20/6).

Pengguna media sosial pada platform termasuk aplikasi berbagi video populer TikTok mengatakan, mereka menyelesaikan pendaftaran online gratis untuk acara kampanye Trump tanpa berniat untuk pergi.


Baca Juga: Terbitkan buku kontroversial, mantan penasehat sebut Trump tak tahu apa-apa

Sebelum acara, manajer kampanye Trump, Brad Parscale mengatakan, ada lebih dari satu juta permintaan untuk hadir. Namun, arena BOK Center dengan kapasitas 19.000 tempat duduk memiliki banyak kursi kosong pada Sabtu malam lalu. 

Seperti dikutip Reuters, itu membuat Trump dan Wakil Presiden Mike Pence membatalkan pidato di area yang diharapkan bisa meluber sampai ke luar arena. Tim kampanye Trump mengatakan, penonton yang boleh masuk berdasarkan 'datang pertama dilayani pertama' dan tidak mengeluarkan tiket aktual.

Juru bicara kampanye Trump Tim Murtaugh dalam sebuah pernyataan mengatakan, pendaftar menggunakan nomor telepon palsu dan "puluhan ribu" melakukan itu di acara kampanye di Tulsa. "Bagaimanapun ia berterima kasih kepada mereka untuk informasi kontak mereka," ujar Murtaugh.  

Baca Juga: Ekonom: Perang Dingin AS-China jadi ancaman terbesar bagi dunia ketimbang virus

Alexandria Ocasio-Cortez, seorang politisi Partai Demokrat, menanggapi sebuah cuitan Twitter Parscale yang menyalahkan media karena mengecilkan hati para peserta dan mengutip perilaku buruk para demonstran di luar.

"Sebenarnya Anda baru saja diguncang oleh remaja di TikTok yang membanjiri kampanye Trump dengan pemesanan tiket palsu dan menipu Anda untuk mempercayai satu juta orang menginginkan supremasi kulit putih terbuka dan mengemasnya dalam sebuah arena di tengah pandemi virus," ujar Cortex.

"Untuk para sekutu KPop, kami melihat dan menghargai kontribusi Anda dalam perjuangan untuk keadilan juga," tambah Cortex.

Baca Juga: Donald Trump pecat jaksa federal yang investigasi pengacara pribadinya

CNN melaporkan pada hari Selasa bahwa video TikTok yang diposting oleh Mary Jo Laupp, yang menggunakan tagar #TikTokGrandma, membantu mempopulerkan gerakan itu. Video itu sekarang disukai lebih dari 700.000 pengguna.

Dua penggemar K-pop yang berbicara dengan Reuters di Skype dan wawancara telepon pada hari Minggu mengatakan mereka masing-masing mendaftar untuk dua tempat, tidak menggunakan nama dan nomor asli mereka.

Raq, seorang mahasiswa berusia 22 tahun dan pemilih Demokrat di Minnesota yang hanya ingin diidentifikasi dengan julukannya, mengatakan alasan utama ia ambil bagian adalah karena demonstrasi di Tulsa, tempat pecahnya kekerasan rasis yang paling berdarah di negara itu terhadap orang kulit hitam Amerika sekitar 100 tahun yang lalu.

"Saya pertama kali mendengarnya  dari penggemar BTS (boyband Korea yang populer) dan kemudian setelah saya melihat bahwa itu sampai ke TikTok, saya seperti, oh ya, ini akan meledak," kata Raq.

Baca Juga: Cawapres pilihan Joe Biden mengundurkan diri, ini alasannya

Em, seorang siswa berusia 17 tahun di Kansas mengatakan bahwa dia pertama kali mendengar tentang gerakan ini di TikTok.  "Saya pikir itu adalah sebagian TikTokers dan penggemar K-pop tetapi juga ada sebagian orang-orang tidak tertarik pada Trump juga ikut andil dalam gerakan itu," katanya.

Penggemar K-pop telah berkumpul di sekitar gerakan Black Lives Matter di media sosial dalam beberapa pekan terakhir, mengambil alih tagar yang menentang gerakan tersebut dan mengirim spam ke aplikasi departemen kepolisian Dallas yang meminta bukti aktivitas ilegal selama protes.

Pada hari Sabtu, ada beberapa bentrokan di luar acara antara sekitar 30 demonstran Black Lives Matter dan beberapa pendukung Trump yang menunggu untuk masuk.

Editor: Rizki Caturini