Gejolak minyak bisa picu kenaikan tarif dasar listrik



JAKARTA. Harga minyak mentah dunia yang merangkak naik mulai memusingkan pemerintah. Selain bisa berdampak ke subsidi bahan bakar minyak (BBM), gejolak harga minyak juga bisa berimbas pada pembengkakan subsidi listrik.

Maka itu, Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Sekretaris Utama Bappenas Syahrial Loetan menjelaskan, pemerintah mulai mengkaji efek kenaikan harga minyak dunia tersebut terhadap subsidi listrik. "Exercise sudah dilakukan tapi belum final karena belum ada kesepakatan semua pihak," kata Syahrial, pekan lalu.

Nah, salah satu opsi yang dikaji pemerintah adalah soal kemungkinan menaikkan tarif dasar listrik (TDL). Menurut Syahrial opsi menaikkan TDL sebetulnya tidak terlalu buruk. Sebab, kenaikan tarif dasar listrik ini akan menghemat subsidi. "Kalau bisa menghemat, anggaran subsidi bisa digunakan untuk kepentingan yang lain, misalnya infrastruktur," tuturnya.


Menteri Keuangan Agus Martowardojo juga mengakui pemerintah sedang mengkaji masalah tarif dasar listrik tersebut. Sebab kenaikan harga minyak akan menambah subsidi listrik. "Kami sedang mengkaji naik tidaknya tarif dasar listrik tersebut," tandas Agus, kemarin (9/1).

Syahrial menjelaskan, opsi menaikan TDL merupakan kebijakan masuk akal lantaran lonjakan harga minyak dunia akan mempengaruhi biaya operasional untuk kebutuhan energi listrik dalam negeri. Bukan itu saja, negara harus merogoh kocek lebih dalam untuk menopang subsidi listrik apabila tidak ada penyesuaian harga seiring meningkatnya harga minyak mentah dunia. " Padahal, penerimaan atau pendapatan negara relatif tetap," imbuh Syahrial.

Namun, Syahrial menyatakan bahwa opsi menaikan tarif listrik bukan pilihan utama. Kenaikan tarif listrik itu membutuhkan sosialisasi sebelum menerapkannya agar tidak menjadi bahan pro kontra di masyarakat. Apalagi, pemerintah tidak menambah subsidi listrik meski harga minyak meningkat. "Sebab akan memotong alokasi anggaran yang lain," kata Syahrial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can