Gejolak pasar kikis aset reksadana



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana kembali mengalami penurunan. Berdasarkan data Infovesta Utama, secara bulanan, dana kelolaan reksadana turun 3,91% atau Rp 18,71 triliun menjadi Rp 460 triliun pada bulan Juni lalu.

Artinya, sudah dua bulan berturut-turut dana kelolaan industri reksadana turun. Bulan Mei silam, dana kelolaan industri reksadana juga terkikis 0,60% atau Rp 2,93 triliun menjadi Rp 478,71 triliun.

Hampir semua jenis reksadana mengalami penurunan dana kelolaan sepanjang Juni lalu. Penurunan tertinggi dicetak reksadana pasar uang, yakni 16,67% menjadi Rp 52,82 triliun.

Eric Sutedja, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management, mengatakan, penurunan nilai dana kelolaan industri reksadana sejalan dengan koreksi yang terjadi di pasar saham dan obligasi. "Jadi penurunannya lebih karena nilai NAB reksadana yang turun," kata dia, Jumat (13/6).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 3,08% pada bulan lalu. Di saat yang sama, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) melemah sekitar 3,15%.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menambahkan, faktor aktivitas pencairan dana investasi (redemption) juga tidak bisa dikesampingkan. Ini terutama terjadi pada reksadana pasar uang.

Farash melihat investor reksadana pasar uang sudah melakukan redemption sejak Mei lalu. Ini mengingat tingginya kebutuhan likuiditas dari investor untuk melakukan pembayaran yang jatuh tempo sebelum akhir semester satu.

Eric menilai, penurunan dana kelolaan di reksadana pasar uang juga disebabkan oleh aktivitas switching para investor yang berorientasi jangka panjang. Mereka kembali masuk ke reksadana saham atau obligasi lantaran merasa harga sudah murah.

Sekadar info, reksadana pasar uang bisa mencetak return rata-rata 0,31% bulan lalu, sebagaimana terlihat dari pergerakan Infovesta Money Market Fund Index. Adapun sepanjang semester pertama, return rata-rata reksadana pasar uang mencapai 1,90%.

Faktor eksternal

Sementara itu, penurunan yang terjadi pada AUM reksadana saham tampak tidak terlalu signifikan. AUM cuma turun sekitar 1,31%, atau senilai Rp 1,92 triliun.

Eric bilang, sebenarnya masih ada investor yang melakukan penambahan unit pada reksadana saham, mengingat harga sudah tergolong murah. Namun, karena indeks saham kerap koreksi, penambahan tersebut tak tercermin di NAB.

"Dana kelolaan reksadana saham memang cenderung turun seiring pergerakan saham LQ45, apalagi banyak reksadana saham asetnya saham di indeks itu," papar dia. Sekadar catatan, Juni lalu indeks LQ45 mengalami koreksi mencapai 4,68%.

Namun demikian, Eric menganggap reksadana saham tetap menarik. Pasalnya, koreksi indeks saham lebih disebabkan faktor eksternal, sedangkan fundamental makroekonomi Indonesia masih tergolong solid.

Farash pun memperkirakan, dana kelolaan industri reksadana masih berpeluang tumbuh secara signifikan di semester kedua tahun ini.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, untuk sementara ini pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana cenderung terbatas, di tengah ketidakpastian pasar. Meski begitu, ia memperkirakan dana kelolaan industri reksadana masih bisa menembus Rp 500 triliun pada kuartal empat mendatang.

Alasannya, ada potensi pasar saham rebound di kuartal empat. "Kami harap itu bisa berpengaruh secara langsung terhadap dana kelolaan reksadana," ujar Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi