Gejolak rupiah sulitkan bisnis elektronik



JAKARTA. Bisnis penjualan produk elektronik mendapat tantangan berat tahun ini. Salah satunya adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang membuat harga produk elektronik merangkak naik.

Saat rupiah loyo terhadap dollar AS, harga jual produk elektronik itu jadi semakin mahal. Apalagi, banyak produk elektronik yang masih impor dan dibeli dengan mata uang dollar AS. Selain itu, mayoritas produk elektronik yang diproduksi di dalam negeri juga masih banyak memakai komponen impor.

Ketua Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Ali Soebroto Oentaryo menjelaskan, tak hanya importir elektronik yang menaikkan harga saat rupiah melemah,  produsen elektronik dalam negeri juga melakukan hal serupa. "Pelemahan rupiah membuat biaya produksi naik," kata Ali ke KONTAN, Minggu (22/2).


Sekadar gambaran, September 2014, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 12.000 per dollar AS. Senin (23/2), nilai tukar rupiah melemah di posisi Rp 12.813 per dollar AS atau makin mendekati Rp 13.000 per dollar AS.

Kenaikan harga produk elektronik ini dibenarkan oleh salah satu industri elektronik dalam negeri. Mereka mengakui sebagian komponen masih impor dan dibeli dengan dollar AS. "Kami menaikkan harga jual 1%-5% Januari lalu, kecuali ponsel," kata Santo Kadarusman, PR and Marketing Event Manager Polytron PT Hartono Istana Teknologi kepada KONTAN.

Namun, kenaikan harga jual merupakan keputusan sulit yang harus diambil pengusaha elektronik. Sebab, kenaikan harga terjadi pada saat daya beli masyarakat turun. Menurut Ali, daya beli masyarakat Indonesia melemah lantaran harga komoditas yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi Indonesia merosot.

Memang, pelemahan rupiah bisa menjadi peluang bagi perusahaan elektronik lokal untuk mengekspor produk karena harga menjadi murah di luar negeri. Namun, ini sulit dilakukan karena industri elektronik kebanyakan memproduksi produk yang hanya laku di Indonesia. "Industri elektronik di Indonesia ini basis produksi untuk produk elektronik tertentu. Produk itu belum tentu cocok di luar negeri," jelas Ali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan