Gelar Aksi Solidaritas untuk Palestina, Dua Karyawan Microsoft Dipecat



KONTAN.CO.ID - Raksasa teknologi dunia, Microsoft, memecat dua karyawannya yang menggelar aksi solidaritas untuk mengenang warga Palestina yang terbunuh akibat serangan Israel di Gaza.

Dalam wawancara dengan AP, dua karyawan tersebut mengaku dipecat melalui panggilan telepon pada Kamis (24/10) malam, hanya beberapa jam setelah acara makan siang yang mereka selenggarakan di kampus Microsoft di Redmond, Washington.

Kedua karyawan yang kehilangan pekerjaannya tersebut adalah Abdo Mohamed dan Hossam Nasr. Keduanya merupakan anggota koalisi karyawan yang disebut "No Azure for Apartheid" yang menentang penjualan teknologi komputasi awan Microsoft kepada pemerintah Israel.


Baca Juga: Israel Bakal Melarang Unrwa Mengakses Gaza, Hubungan dengan PBB Mencapai Titik Nadir

Aksi solidaritas yang mereka gelar pada hari Kamis diklaim serupa dengan program pemberian bantuan oleh karyawan yang selalu disetujui oleh pihak Microsoft.

Mohamed mengaku kecewa karena perusahaannya enggan memberikan ruang bagi kelompoknya untuk menyampaikan dukungan terhadap korban perang di Gaza.

"Microsoft benar-benar gagal menyediakan ruang bagi kami di mana kami bisa berkumpul dan berbagi kesedihan serta menghormati kenangan orang-orang yang tidak lagi bisa berbicara untuk diri mereka sendiri," kata Mohamed.

Mohamed, yang berasal dari Mesir, kini harus mendapatkan pekerjaan baru dalam dua bulan ke depan untuk mentransfer visa kerja dan menghindari deportasi.

Baca Juga: Menlu Sugiono: Isu Palestina Ada di Garis Depan Diplomasi Indonesia

Tonton: Pasukan Israel Bakar Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Karyawan lain yang dipecat, Hossam Nasr, menjelaskan bahwa tujuan dari acara peringatan tersebut adalah untuk menghormati para korban genosida Palestina di Gaza.

Nasr dan timnya juga berusaha membuka mata publik terhadap keterlibatan Microsoft dalam genosida di Gaza, karena teknologinya digunakan oleh militer Israel.

"Pemecatan saya diungkap di media sosial oleh kelompok pengawas Stop Antisemitism lebih dari satu jam sebelum saya menerima telepon dari Microsoft," kata Nasr.

Nasr, lulusan Universitas Harvard tahun 2021 yang dibesarkan di Mesir, juga merupakan salah satu penyelenggara Harvard Alumni for Palestine.

Baca Juga: Kecam Serangan Israel ke Iran, Arab Saudi: Pelanggaran Hukum Internasional

Pada hari Jumat (25/10), Microsoft mengatakan bahwa pemecatan tersebut dilakukan untuk menjaga lingkungan kerja yang profesional dan penuh rasa hormat.

Tidak hanya Microsoft, Google awal tahun ini juga memecat lebih dari 50 karyawannya setelah melakukan protes atas teknologi yang dipasok perusahaan tersebut kepada pemerintah Israel.

Protes itu menyoroti “Project Nimbus,” sebuah proyek senilai US$1,2 miliar yang ditandatangani pada tahun 2021. Dalam proyek ini Google dan Amazon akan menyediakan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan bagi pemerintah Israel.

Selanjutnya: Melihat Tren Energi Global di 2025 Versus Kebijakan Energi Pemerintah Prabowo

Menarik Dibaca: Udara Kabur di Daerah Ini, Simak Prakiraan Cuaca Besok (29/10) di Jawa Timur