KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana untuk membeli kembali (buyback) saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 3 triliun. Sesuai POJK No.2/2013 dan SEOJK No.3/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5%. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, pembelian kembali saham ini dilakukan karena INTP meyakini situasi ketidakpastian global yang terjadi saat ini. Ketidakpastian yang dimaksud mulai dari dampak akibat pandemi Covid-19 terutama kekhawatiran akan varian baru yang dapat berdampak pada diberlakukan kembali pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperketat. Ada juga dampak dari kebijakan tapering Amerika Serikat (AS) yang dinilai akan dapat mengakibatkan pasar saham bergejolak. Hal lain datang dari sisi semen industri sendiri, yakni masalah kenaikan ongkos-ongkos produksi akibat kenaikan biaya energi seiring menanjaknya harga batubara. Selain itu, kenaikan harga bahan baku kertas membawa kekhawatiran tersendiri yang dapat mencemaskan para investor.
Gelar buyback hingga Rp 3 triliun, ini harapan manajemen Indocement (INTP)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana untuk membeli kembali (buyback) saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 3 triliun. Sesuai POJK No.2/2013 dan SEOJK No.3/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5%. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, pembelian kembali saham ini dilakukan karena INTP meyakini situasi ketidakpastian global yang terjadi saat ini. Ketidakpastian yang dimaksud mulai dari dampak akibat pandemi Covid-19 terutama kekhawatiran akan varian baru yang dapat berdampak pada diberlakukan kembali pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperketat. Ada juga dampak dari kebijakan tapering Amerika Serikat (AS) yang dinilai akan dapat mengakibatkan pasar saham bergejolak. Hal lain datang dari sisi semen industri sendiri, yakni masalah kenaikan ongkos-ongkos produksi akibat kenaikan biaya energi seiring menanjaknya harga batubara. Selain itu, kenaikan harga bahan baku kertas membawa kekhawatiran tersendiri yang dapat mencemaskan para investor.