KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bersamaan dengan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin (22/5) lalu, PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk (
BSML) turut menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di hari yang sama dengan agenda penambahan modal ditempatkan dan disetor dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
rights issue. Rencananya, BSML akan menerbitkan saham baru atau
rights issue dalam jumlah sebanyak-banyaknya 400.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham yang akan dilaksanakan setelah efektifnya Pernyataan Pendaftaran. RUPSLB juga menyetujui perubahan Pasal 4 ayat (2) Anggaran Dasar Perseroan sehubungan dengan peningkatan modal ini, dari 1.850.225.000 saham menjadi sebanyak-banyaknya 2.250.225.000 saham.
Kepastian jumlah saham baru yang dikeluarkan, harga pelaksanaan
rights issue, serta kepastian penggunaan dana dan jadwal akan ditentukan kemudian. “Kami memiliki rencana jangka panjang untuk memperkuat struktur permodalan serta menjaga keseimbangan neraca demi mendukung pertumbuhan total aset melalui strategi-strategi korporasi yang akan dijalankan manajemen,” ungkap Direktur Keuangan BSML Pramayari Hardian Doktrianto dalam siaran pers yang diterima Kontan, Selasa (23/5).
Baca Juga: Bintang Samudera (BSML) Optimistis Cetak Kinerja Moncer di Tahun 2023 Dia menambahkan, mayoritas dana hasil rights issue akan digunakan untuk membayar sebagian besar atau melunasi kewajiban kepada kreditur (perbankan). “Dengan tercapainya efisiensi beban keuangan, maka kami akan memiliki kemampuan untuk melakukan investasi aset produktif demi meningkatkan kapasitas layanan yang akan mendukung kinerja dan daya saing,” terang dia. Tahun ini, BSML membidik pendapatan tumbuh sekurang-kurangnya 10% menjadi Rp 380 miliar dan laba bersih minimal naik 9% menjadi Rp 17,5 miliar. Hingga kuartal I-2023, BSML mencatatkan pendapatan Rp 95,30 miliar, naik 165% dari periode yang sama tahun lalu Rp 35,98 miliar dan mendorong laba bersih naik 39% menjadi Rp 4,53 miliar dari Rp 3,25 miliar. Sejak 2018 sampai 2020, BSML masih fokus pada angkutan batu bara sebagai kargo angkutan utama dengan tetap diversifikasi pada jenis kargo angkutan lain seperti pasir, semen, dan limbah. Namun mulai 2021, saat meningkatnya volume dan transaksi industri nikel, BSML meningkatkan volume kargo nikel dalam negeri dari tambang ke lokasi smelter.
Pramayari mengatakan, beberapa faktor pendukung bisnis 2023 antara lain perkembangan industri tambang, khususnya batu bara dan nikel, terutama setelah pemerintah menggenjot industri baterai listrik. Bisnis logistik perusahaan juga bakal terdorong oleh peningkatan investasi smelter yang berpotensi meningkatkan kebutuhan transportasi barang tambang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari