KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelaran penawaran umum perdana saham alias
initial public offering (IPO) masih semarak. Per 8 Juli 2022, telah ada 25 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia. BEI mencatat masih ada 37 perusahaan dalam
pipeline pencatatan saham. Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna merinci, daftar perusahaan dalam
pipeline IPO didominasi oleh perusahaan aset skala menengah, yakni 15 perusahaan. Sementara itu, sebanyak sembilan perusahaan termasuk aset skala kecil dan 13 perusahaan tergolong aset skala besar Berdasarkan sektoral, perusahaan yang tergolong dalam sektor barang konsumsi primer terdiri dari sembilan perusahaan. Disusul tujuh perusahaan dari sektor barang konsumsi nonprimer, lima perusahaan dari sektor transportasi dan logistik, dan empat perusahaan dari sektor infrastruktur.
Kemudian, tiga perusahaan berasal dari sektor teknologi dan satu perusahaan dari sektor properti & real estat. Lalu, dua perusahaan termasuk sektor barang baku, dua perusahaan kesehatan, dua perusahaan energi, dan dua perusahaan berasal dari sektor perindustrian.
Baca Juga: Private Placement FREN, Franky Widjaja Sinarmas Disebut Sebagai Pembeli Strategis Analis MNC Sekuritas Herditya Wicakasana menilai, hajatan IPO diperkirakan masih akan semarak. Meskipun kondisi pasar global masih belum kondusif karena konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia nampaknya akan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ditambah, mobilitas masyarakat sudah dapat dikatakan normal, diharapkan daya beli juga perlahan membaik sehingga ekonomi bertumbuh. “Di sisi lain, IPO juga dapat bertujuan agar calon emiten mendapatkan dana murah untuk berekspansi,” terang Herditya, Senin (11/7). Lucky Bayu Purnomo, Ekonom & Praktisi Pasar Modal menilai, sentimen pasar yang mendorong gelaran IPO di 2022 masih cenderung terbatas. Selain karena indeks yang cenderung terkoreksi, pasar menilai kondisi perekonomian tanah air masih perlu diberikan stimulus. Nantinya, stimulus ini berdampak ke pertumbuhan ekonomi dan bursa saham.
Baca Juga: Dua Calon Emiten Tengah Bookbuilding, Utama Radar (RCCC) dan Agung Menjangan (AMMS) Karena sudah setengah tahun berjalan, investor juga menantikan kinerja perusahaan-perusahaan yang sudah IPO dalam enam bulan terakhir ini, terutama yang melakukan IPO di awal 2022. Dari pergerakan sejumlah saham yang sudah IPO, investor memperoleh pengalaman untuk melihat bagaimana potensi perusahaan yang IPO untuk tahun ini. “Itulah yang membuat sentimen IPO cenderung terbatas, bukan negatif. Investor akan cenderung selektif,” terang Lucky saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (11/7). Dus, di saat pasar sedang
volatile, Lucky menyarankan investor mencermati saham-saham keping biru alias
blue chips. Kinerja fundamental emiten
blue chip akan solid, khususnya emiten-emiten komoditas dengan turunan emas, batubara, dan minyak.
Baca Juga: Bank Muamalat Bakal Menggelar IPO di Akhir 2023 Lucky memasang sikap cukup
bullish terhadap harga komoditas. Batubara misalnya, dia memproyeksi harga komoditas energi ini mampu mencapai level US$ 500 per metrik ton (MT) di akhir tahun. Selain karena faktor musim hujan yang menghambat produksi, pasar juga mempertimbangkan tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS). “Sehingga pelaku pasar melihat komoditas menjadi pilihan,” sambung Lucky.
Untuk minyak mentah, dia menargetkan harga bisa mencapai US$ 125 per barel dan harga emas berada di level US$ 1.900 per ons troi hingga akhir tahun. Kalaupun investor ingin membeli saham yang baru IPO, Lucky menyebut ada tiga sektor yang cukup seksi dicermati, yakni komoditas, perbankan/keuangan, dan industri dasar. Sementara menurut Herditya, karena saham-saham
big caps saat ini cenderung tertekan, maka para investor dapat memilih emiten-emiten yang diuntungkan secara
seasonal. “Seperti saat ini saham berbasis tambang dan energi,” pungkas Herditya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati