Gelaran IPO Sepi di Sepanjang 2024, BEI Optimistis Tahun Depan akan Pulih



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai sepinya gelaran penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) sepanjang 2024 dipengaruhi oleh faktor makroekonomi di Indonesia. 

Hingga 20 November 2024 jumlah emiten anyar yang melantai di BEI baru ada 49 perusahaan dengan total dana Rp 5,9 triliun. Sedangkan pada 2023, BEI berhasil memboyong 79 perusahaan baru dengan total perolehan dana yang dihimpun sebesar Rp 54,1 triliun. 

Kepala Unit Pengembangan Calon Perusahaan Tercatat 2 Bursa Efek Indonesia Sofiyan Adhi Kusumah menjelaskan penurunan IPO ini disebabkan oleh adanya transisi pemerintah. 


Baca Juga: BEI Tengah MengKaji Revisi Persyaratan Keuangan Perusahaan yang akan IPO

"Di mana di tahun sebelumnya agak sedikit di luar prediksi kami. Tahun lalu ada perusahaan yang IPO untuk mengejar momentum," jelasnya dalam paparan, Senin (25/11). 

Pada 2023, setidaknya ada empat perusahaan jumbo yang melantai di BEI. Mereka ialah PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). 

Di tahun 2024, rencana IPO PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) akan menjadi yang terbesar di sepanjang tahun. 

Dengan asumsi harga IPO AADI di Rp 5.900, maka dana yang berpotensi dihimpun sebesar Rp 4,59 triliun. 

Baca Juga: Segera IPO, MR DIY Genjot Ekspansi Bisnis di Industri Ritel

Sofiyan memproyeksikan tren IPO tahun depan akan lebih baik dibandingkan 2024. Ini mengingat masa transisi pemerintahan baru akan selesai dan didukung oleh tren pemulihan secara global. 

"Dan tren pasar secara global sudah mulai pulih, misalnya di Amerika Serikat dan Hong Kong yang banyak IPO besar, di mana pasar ekuitas dan sahamnya menunjukkan perbaikan," jelas Sofiyan. 

Selanjutnya: Cara Cek Profil Calon Kepala Daerah dan Visi Misinya Sebelum Pilkada 2024

Menarik Dibaca: Sepak Terjang JakPat Berbisnis Survei & Riset

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi