Gelaran IPO Sepi, OJK Klaim Tren Penghimpunan Dana di Pasar Modal Masih Tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim penghimpunan dana di pasar modal Indonesia masih dalam tren yang positif. Per 30 Agustus 2024, total penghimpunan dana mencapai Rp 135,25 triliun.

Sebesar Rp 3,79 triliun berasal dari penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) atas 27 emiten. Penerbitan Utang Berkelanjutan (PUB) Efek Bersifat Utang Syariah (EBUS) menjadi kontributor terbesar senilai Rp 89,99 triliun. 

Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK bilang pihaknya berharap target penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 200 triliun bisa tercapai.  


"Penghimpunan di pasar modal masih dalam tren positif. Diharapkan target akhir tahun tercapai, yang menunjukkan pasar modal masih menarik," jelasnya dalam konferensi pers akhir pekan lalu.  

Baca Juga: Meski IPO Lesu, BEI Pertahankan Target Pencatatan Seluruh Instrumen

Namun kalau dibandingkan dengan capaian per 30 Agustus 2023, penghimpunan dana di pasar modal sebenarnya mengalami penurunan. Per Agustus 2023, tercatat penghimpunan dana mencapai Rp 172,38 triliun. 

Turunnya nilai penghimpunan dana tersebut salah satunya disebabkan oleh melorotnya hajatan IPO. Selama periode Januari–Agustus 2023, total perusahaan yang IPO mencapai 58 dengan nilai Rp 48,29 triliun. 

Di sisi lain, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan penurunan IPO ini sejalan dengan tren secara global. Berdasarkan data EY Global Report, IPO global mengalami penurunan 16%.

Baca Juga: OJK Tegaskan Tak Ada Moratorium IPO meski Kasus Gratifikasi Mencuat

Merujuk data tersebut, Nyoman menjelaskan penurunan IPO ini disebabkan oleh kondisi ekonomi, pelemahan pertumbuhan, tingkat inflasi yang tinggi, era suku bunga tinggi, tensi geopolitik dan perubahan iklim. 

"Yang perlu digarisbawahi adanya pemilihan umum (pemilu). Ternyata 50% negara-negara di dunia mengadakan pemilu. Negara-negara itu memberikan kontribusi 60% GDP dunia," katanya.  

Di Indonesia, lanjut Nyoman, penurunan tren IPO tidak berhubungan dengan adanya pengetatan proses oleh otoritas bursa. Soalnya, BEI masih merancang penyesuaian yang akan dilakukan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati