JAKARTA. Minuman bubble kini sudah sangat populer di Indonesia. Bubble adalah adonan yang berbentuk bola-bola kecil yang terbuat dari tepung tapioka. Bola-bola itu dicampurkan dengan berbagai jenis racikan minuman dingin seperti jus buah, es teh, sirup dan lainnya. Lantaran peluangnya cukup menjanjikan, tak heran banyak pebisnis kuliner mengembangkan minuman gelembung ini. Bahkan banyak pula yang menawarkan kemitraan. Alhasil persaingannya makin ketat. Meski begitu, potensi bisnisnya masih menggembirakan. Terbukti, ada beberapa pemain yang sukses mengembangkan usaha di sektor ini. Perkembangan bisnis minuman bubble ini bisa dilihat dari pertambahan mitra dan gerai yang terus meningkat. Kali ini KONTAN akan mengulas tiga usaha minuman bubble yang menawarkan kemitraan, di antaranya Toper The Bubble, Lup Lup Bubble dan Lofe Bubble. Untuk mengetahui perkembangannya, mari kita ulas satu per satu.
Toper The Bubble Toper The Bubble berada di bawah bendera usaha Mathena Group. Usaha minuman yang berpusat di Karawang, Jawa Barat ini berdiri sejak tahun 2009 dan menawarkan kemitraan di tahun yang sama. KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan ini pada November 2011. Saat itu, jumlah gerainya sudah mencapai 200, dengan komposisi lima gerai milik pribadi dan sisanya milik mitra. Dua tahun kemudian, jumlah gerainya mencapai 375 unit gerai. Porsinya adalah 10 unit gerai milik pribadi dan sisanya milik mitra. Sang pemilik usaha, Yoyok Widiartono, mengatakan, pertumbuhan jumlah gerai yang cukup pesat disebabkan oleh promosi yang sering dia lakukan. Salah satunya dengan rajin memasang iklan waralaba di media digital. Untuk varian rasa, Toper The Bubble masih menawarkan 85 varian rasa. "Yang paling baru itu adalah toppingnya," jelasnya. Ada tiga macam taburan baru yang ditawarkan yaitu cincau, rumput laut dan jeli. Konsumen juga bisa mengombinasikan beberapa taburan yang diinginkan. Toper The Bubble juga menaikkan harga jual dari Rp 4.000-Rp 7.000 per gelas menjadi Rp 5.000-Rp 7.000 per gelas. Yoyok mengaku, dia mulai harus mengerek harga jual sejak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sedangkan, Yoyok tidak menaikkan harga paket investasi yang dia tawarkan. Paket booth masih senilai Rp 6 juta dan paket mahasiswa senilai Rp 3,9 juta. Perbedaan kedua paket itu terletak pada bentuk gerai. Dalam paket Rp 6 juta, mitra akan mendapat booth lengkap dengan stiker, banner dan tenda. Dia menawarkan paket kemitraan baru terdiri dari paket Rp 11,5 juta, paket Rp 13,5 juta dan paket Rp 16,5 juta. Dalam paket Rp 11,5 juta, mitra bisa berjualan minuman bubble dan crepes di satu gerobak. Sementara paket Rp 13,5 juta dan Rp 16,5 juta bisa mengombinasikan tiga jenis produk dalam satu booth. Yoyok memprediksikan hingga akhir tahun nanti jumlah gerainya bakal mencapai 500 gerai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Agar bisnis mitra tetap berjalan di tengah-tengah ketatnya persaingan, Yoyok mengaku terus mengontrol dan memberikan jasa konsultasi kepada seluruh mitranya. "Yang selalu saya sarankan ke mitra adalah sebaiknya mengambil varian rasa yang cocok dengan karakter konsumen di lokasi gerai masing-masing," tuturnya. Lofe Bubble Usaha minuman bubble yang berpusat di Bekasi, Jawa Barat ini memperlihatkan perkembangan sejak pertama berdiri di Maret 2013. Ketika diulas KONTAN pada November 2013, Lofe Bubble baru memiliki 15 gerai yang tersebar di Jakarta dan Bogor. Sekarang gerainya sudah bertambah menjadi 30 gerai dan cakupan mitranya meluas ke Bandung, Tangerang dan Depok. Dari 30 gerai tersebut, tiga gerai milik pusat berlokasi di Bekasi, Pondok Gede dan Cibinong. Sementara sisanya punya mitra. Sudah hampir setahun lebih usaha ini berjalan, Lofe Bubble akan terus berekspansi dengan terus menambah mitra hingga ke luar pulau Jawa. Muhammad Azis, pemilik Lofe Bubble yang bekerjasama dengan adik iparnya Ferry Nurdiansyah, mengklaim, usahanya diminati karena nilai investasi yang ditawarkan terjangkau dan harga jual per gelas minuman tidak lebih dari Rp 5.000. Nilai paket investasi juga belum berubah, masih sebesar Rp 6 juta. Aziz belum berencana menaikkan harga paket ini hingga akhir tahun 2014. "Dari penjualan Rp 5.000 per gelas, kita masih dapat untung bersih sebesar Rp 1.950 per gelas. Sehingga kalau satu hari kita mengantongi keuntungan sekitar Rp 100.000-Rp 200.000 per hari, " kata dia. Awal membuka kemitraan, varian rasa yang ditawarkan sebanyak 30 rasa. Sekarang rasa minuman bubble yang ditawarkan bertambah menjadi 40 rasa. Hal ini disebabkan banyak konsumen yang menanyakan rasa terbaru. Untuk racikan rasa, Aziz bilang, ia meraciknya sendiri dengan dibantu oleh dua adiknya. Ke depannya ia juga akan melakukan inovasi dengan memodifikasi rasa baru sehingga tidak membosankan. Rasa favorit masih ada pada rasa cokelat, cappucino, vanila dan stroberi. Aziz juga tetap mempertahankan tampilan gerobak dan kemasan minuman. "Saya tidak akan mengganti tampilan nya karena itu sudah menjadi khas Lofe Bubble. Selama ini Aziz dan timnya melakukan promosi dari mulut ke mulut dan promo dari jejaring sosial Facebook dan blog bernama lofebubble.blogspot.com. Hingga akhir tahun 2014, Aziz menargetkan akan menambah hingga 50 gerai. Lofe Bubble akan melakukan pembaharuan rasa agar menarik calon mitra untuk bergabung. Saat ini kendala yang dihadapi belum ada yang serius. Hanya saja kompetitor penjual minuman dingin yang kian sesak membuat banyak konsumen memiliki lebih banyak pilihan untuk mencoba minuman dingin lain. Belum lagi ada inovasi minuman dingin lainnya seperti kopi cincau, yoghurt dan sebagainya. Lup Lup Bubble Sejak berdiri empat tahun lalu, Lup Lup Bubble Drink memiliki cabang yang tersebar di hampir seluruh daerah Indonesia. "Kita baru punya 36 gerai yang tersebar di berbagai daerah," ujar Fahmi Dzikrillah, pemilik Lup Lup Bubble Drink. Gerai Lup Lup Bubble Drink dapat ditemui di sejumlah kota di Tanah Air, di antaranya di Banda Aceh, Palembang, Makassar dan Jabodetabek. Ia menjelaskan 15 outlet tersebut adalah milik mitra dan sisanya milik sendiri. Ketika KONTAN mengulas usaha ini pada November 2012, mereka baru memiliki 22 gerai. Artinya ada tambahan sebanyak 13 gerai dalam jangka waktu satu setengah tahun. Lup Lup menawarkan 31 varian rasa minuman mulai dari kopi, teh, cokelat hingga buah-buahan. Harga jual minuman tersebut rata-rata seharga Rp 7.000 per gelas. Jika dulu Lup Lup menawarkan dua paket kemitraan seharga Rp 7,5 juta dan Rp 10,5 juta, saat ini ada tambahan paket baru seharga Rp 5,5 juta yang dinamakan paket bazaar. Fasilitas yang didapat mitra hampir sama, perbedaan hanya di jumlah bahan baku dan besar gerobak. Fahmi mengatakan, rata-rata penjualan mitra sebanyak 50 gelas per hari. Berarti omzet yang didapat mitra setidaknya Rp 10,5 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya operasional seperti pembelian bahan baku, balik modal sekitar dua bulan. Dari tiga pilihan usaha di atas, Anda akan memilih yang mana? Amir Karamoy, Pengamat Waralaba, menyatakan, pertumbuhan jumlah gerai minuman ini menjadi pertanda bisnis minuman bubble terus berkembang. Apalagi minuman bergelembung ini memang membidik target pasar anak-anak dan remaja. "Suatu produk akan lebih laku jika sasarannya anak-anak dan remaja," ungkapnya.
Meski begitu, Amir masih ragu apakah bisnis minuman bubble ini akan terus berkembang pesat ke depan. Mengingat, saat ini pemain di bisnis ini sudah cukup menjamur. Padahal, kata Amir minuman jenis ini biasanya hanya berdasarkan tren dengan rasa yang hampir sama. Agar bisa berkembang, Amir bilang pebisnis minuman bubble harus bisa berinovasi dari segi rasa. Menurutnya, pelaku bisnis harus kreatif menciptakan rasa yang enak dan berbeda dari para kompetitor. "Nama mungkin boleh sama-sama bubble, tapi rasa harus tetap beda," katanya. Tak hanya itu, lokasi berjualan juga menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan agar usaha minuman ini tetap bertahan. Menurut Amir, pebisnis perlu memilih lokasi yang strategis yang banyak dikunjungi target sasaran, yakni anak-anak dan remaja. Beberapa lokasi yang cocok dijadikan tempat untuk berbisnis minuman bubble antara lain pusat perbelanjaan dan di sekitar sekolah. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini