KONTAN.CO.ID - Tidak terasa, bergabungnya Pelindo telah memasuki umur 1 (satu) tahun. Tepat pada 1 Oktober 2021, Merjer Pelindo terlaksana dengan adanya penandatanganan Akta Penggabungan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Layanan Jasa Pelabuhan, yaitu PT Pelabuhan Indonesia I, PT Pelabuhan Indonesia III, dan PT Pelabuhan Indonesia IV, melebur ke dalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia II yang menjadi surviving entity dan munculah nama hasil penggabungan tersebut PT Pelabuhan Indonesia (Persero)/Pelindo. Pasca bergabungnya Pelindo, holding menyusun struktur organisasi yang mengakomodir seluruh cabang, anak, hingga cucu perusahaan. Terdapat posisi Holding ialah Pelindo itu sendiri dan Sub-Holding berdasarkan klaster bisnisnya, yaitu Klaster Petikemas; Klaster Non Petikemas; Klaster Logistik & Pengembangan Daerah Pesisir (hinterland); dan Klaster Kelautan, Peralatan, dan Pelayanan Pelabuhan. PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC Terminal Kendaraan) dengan kode saham di Indonesia Stock Exchange (IDX), yaitu “IPCC”. IPCC sebelumnya merupakan anak usaha dari Pelindo 2, kini berada di bawah Sub-Holding PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) bersama dengan PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Nonpetikemas). Penggabungan ini membawa berkah bagi IPCC. Jika sebelumnya, IPCC beroperasi di sekitar Tanjung Priok, yang menjadi kantor utama pelayanan bongkar muat kendaraan, sekarang melebarkan areanya di sejumlah wilayah Indonesia.
Rio T.N Lasse, Direktur Utama IPCC menyampaikan apresiasi terhadap merjer Pelindo ini. “Manajemen IPCC, menyambut baik dan mendukung terintegrasinya menjadi keluarga besar Pelindo sebagai Holding. Pengklasteran memperkuat posisi IPCC untuk bekerja sama dengan sejumlah pelabuhan dan merealisasikan sejumlah ekspansi. Penggabungan juga bermanfaat dalam menciptakan konektivitas maritim antar pelabuhan yang memiliki potensi sebagai Terminal RoRo maupun Terminal Kendaraan,” ujar Rio. Sesuai arahan Pelindo untuk menciptakan konektivitas antar wilayah maka dimungkinkan adanya kolaborasi di antara cabang dan anak perusahaan di bawah Pelindo. Saat ini, IPCC selain di wilayah Tanjung Priok juga telah mengoperasikan Terminal Pelabuhan lain yang dikenal dengan nama Terminal Satelit, yaitu Terminal Panjang di Lampung, Terminal Pontianak, Terminal Belawan di Medan, dan Terminal Makasar yang baru saja dioperasikan pada Mei tahun ini. Agus Hendrianto, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis IPCC turut menyampaikan, “Target selanjutnya yang dijajaki ialah Balikpapan dan Surabaya serta daerah potensi lainnya semisal Banjarmasin dan Semarang. Harapannya dapat mengkolaborasikan antara Terminal di sejumlah wilayah dan meng-create beberapa pendapatan lainnya. Hal ini sejalan dengan arahan dari holding, Pelindo, yaitu untuk menciptakan konektivitas antar wilayah”. Dengan peluang ekspansi pengembangan wilayah tersebut dapat menciptakan standardisasi pelayanan bongkar muat kendaraan. “Dengan standardisasi, segala sarana dan prasarana kita siapkan dengan matang. Misalkan, di Terminal Kendaraan diperlukan penerangan dengan spesifikasi tertentu. Maka ini yang harus kita siapkan. Atau, perlu adanya area khusus untuk dilakukan inspection sebelum dilakukan receiving & delivering. Dari sisi man power, kita siapkan yang memiliki sertifikasi yang dibutuhkan. Bersama car-maker akan men-training sesuai dengan spesifikasi mereka,” ujar Andi Hamdani, Direktur Operasi dan Teknik IPCC. IPCC berkomitmen memberikan yang terbaik kepada para pemegang saham maupun stakeholders lainnya untuk menjaga kelangsungan bisnis (business sustainability). Kegiatan usaha IPCC selain bongkar muat di Pelabuhan, juga bagian dari supply chain industri otomotif. IPCC juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan mulai dari produksi kendaraan, penanganan logistik, distribusi dan transportasi dari pabrik hingga ke end users. Adanya semangat Perseoran, berupa “Beyond The Gate” kian memantabkan langkah IPCC. Rio menambahkan, “Beyond The Gate ialah IPCC menangkap peluang di luar koridor bisnis, baik di sisi laut dan darat. Positioning IPCC di supply chain industri otomotif, maka akan banyak peluang bisnis di luar pengelolaan Terminal Kendaraan. IPCC juga bisa sebagai ecosystem player di industrinya dengan masuk ke bisnis penyediaan lahan di luar Terminal, masuk ke layanan distribusi kargo di darat, maupun masuk ke bisnis shipping line. Atau bisa saja masuk ke bisnis yang masih ada kaitannya dengan industri otomotif dan Pelabuhan maupun di luar industri tersebut.” IPCC memiliki lini bisnis sebagai berikut, Car Terminal Operator, dimana IPCC menyediakan sistem dan perencanaan terhadap kegiatan yang ada di Terminal mulai dari Stevedoring, Cargodoring, inspection, hingga Receiving & Delivery. Lalu, Terminal Handling & Supporting dimana IPCC menyediakan layanan kegiatan bongkar muat di Terminal yang dikelola oleh IPCC, termasuk added value service activities, diantara vehicle processing service, equipment processing service, dan lainnya. Berikutnya, Car Distribution Management (CDM) dimana IPCC menyediakan Layanan distribusi cargo di darat, Layanan lapangan penumpukan kargo sebelum didistribusikan via darat, dan Partnership dengan shipping line untuk pengoptimalisasian rute distribusi via laut. “CDM merupakan Integrated services yang menjadi bagian dari ekspansi bisnis IPCC untuk mewujudkan semangat “Beyond The Gate”. Untuk menangkap peluang bisnis di luar “gerbang”, IPCC dimungkinkan berkolaborasi dengan pihak eksternal. Contoh, saat ini IPCC masuk ke kegiatan bisnis penyediaan lahan di luar Terminal (portstock) yang disebut PDC (Pre Delivery Center) berkolaborasi dengan Hyundai yang merupakan customer pertama PDC. Ke depan, tidak hanya Hyundai namun, car maker CBU dan bahkan Alat Berat pun juga dapat dilayani melalui PDC ini”, jelas Agus Hendrianto. Dengan adanya semangat “Beyond The Gate” berimbas positif pada kinerja IPCC sepanjang 8 bulan berjalan tahun ini. Terlebih dengan adanya kontribusi dari Terminal Satelit yang menambah jumlah kargo yang ditangani. “Sebagaimana yang telah kami sampaikan pada Laporan Keterbukaan Informasi kepada OJK dan IDX maka sampai dengan 8 (delapan) bulan berjalan di tahun ini pencapaian CBU untuk ekspor telah mencapai angka 216.953 unit atau naik 17,52% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Impor juga naik 20,49% di angka 38.900 unit. Pengiriman domestik juga mencatatkan adanya kenaikan sebanyak 63,57% di angka 188.769 unit,” ujar Andi Hamdani. “Sementara itu, untuk ekspor Alat Berat, periode hingga Agustus tahun ini memang turun karena di Indonesia tidak banyak produksi untuk ekspor. Tapi, impornya naik tinggi sebanyak 87,01% menjadi 5.483 unit dari periode yang sama di tahun lalu. Begitupun dengan segmen Truck/Bus yang juga naik untuk impornya menjadi 3.402 unit atau meningkat 167,03%. Bahkan untuk pengiriman domestik, Alat Berat naik sebanyak 132,48% menjadi 9.111 unit dan Truck/Bus naik 476,73% menjadi 54.922 unit. Itulah kurang lebih gambaran bongkar muat di Terminal IPCC,”tambah Andi. Senada dengan Andi, Sumarno, Direktur Keuangan dan SDM IPCC turut menyampaikan pencapaian kinerja keuangan IPCC yang juga mengalami peningkatan. “Selain dari sisi Operasional, kinerja keuangan juga telah dilaporkan kepada OJK dan IDX secara berkala. Pendapatan IPCC sampai dengan Semester I tahun ini mencapai Rp302 miliaran dengan Laba Bersih sebesar RP45,42 miliar. Dari total pendapatan tersebut maka 6,20% nya atau sebesar Rp18,75 miliar telah dikontribusikan dari Pendapatan Terminal Satelit”. Sumarno juga memperkirakan, “Kalau kita asumsikan kali 2 (dua) maka sampai dengan akhir tahun ini pendapatan dari Terminal Satelit dapat mencapai sekitar Rp37 miliar hingga Rp38 miliar. Sementara itu, kita asumsikan total pendapatan dari IPCC mencapai sekitar Rp550 miliar hingga Rp575 miliar atau naik 6%-11% dari pencapaian di tahun 2021 maka kontribusi dari Terminal Satelit tersebut akan mencapai 7 persenan. Pencapaian tersebut baru dari kegiatan seputaran bongkar muat kargo kendaraan. Jika ekspansi pengembangan bisnis seperti yang disampaikan Direksi terus berlanjut maka akan ada potensi pendapatan yang lebih besar lagi yang berimbas positif pada kinerja IPCC.” IPCC telah menyiapkan fokus Perusahaan, yaitu Driving Superior Performance, Partnering in Business Development, dan Strengthening Corporate Governance. IPCC juga perlu memiliki sikap dan mind set “CAR”, yang merupakan akronim dari Competitive, Agile, dan Reputable. Competitive menggambarkan IPCC terbuka dengan kompetisi.
Sedangkan, Agile, digambarkan sekat birokrasi diupayakan untuk sefleksibel mungkin dengan mengacu pada good corporate governance, namun mengedepankan kecepatan dalam pengambilan keputusan, dan saling memahami terhadap mitra dan stakeholder melalui keterbukaan dan win win solution. Terakhir, Reputable dimana aspek reputasi menjadi pondasi utama dalam membangun trust and respect. Oleh karena itu, integritas atau prinsip walk the talk menjadi unsur paling penting dalam membangun perusahaan yang bereputasi tinggi sehingga nantinya akan berujung pada sustainability dan prospek bisnis yang lebih cerah.
Baca Juga: Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) Membidik Pendapatan Rp 700 Miliar Tahun Depan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti