Geliat industri manufaktur kembali membaik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri nasional kembali menggeliat seiring peningkatan permintaan pasar domestik dan perluasan usaha. Capaian ini berdasarkan laporan indeks manajer pembelian (purchasing manager index/PMI) yang dirilis oleh Nikkei.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan perkembangan industri manufaktur terus menunjukkan tren yang positif. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah yang menciptakan iklim investasi yang kondusif serta memberikan kemudahan perizinan dalam berusaha.

Nikkei mencatat, pada April 2018, PMI manufaktur Indonesia berada di angka 51,6 atau naik dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 50,7. PMI di atas 50 menandakan manufaktur tengah ekspansif. Indeks pada bulan keempat tahun ini menempati posisi terbaik sejak 22 bulan lalu atau Juni 2016.


Pergerakan indeks PMI tersebut didukung oleh arus pekerjaan baru yang semakin besar, terutama tingkat ekspansi yang paling tajam sejak pertengahan Juni 2016. Selain itu, dipengaruhi kenaikan permintaan konsumen khususnya yang berasal dari pasar domestik.

Rilis Nikkei Indonesia Manufacturing PMI disusun berdasarkan data yang dikompilasi dari respons bulanan melalui kuesioner yang dikirimkan kepada lebih dari 300 perusahaan industri. Sektor manufaktur yang disurvei terbagi dalam delapan kelompok utama, yaitu logam dasar, kimia dan plastik, listrik dan optik, makanan dan minuman, teknik mesin, tekstil dan busana, kayu dan kertas, dan transportasi.

Airlangga menegaskan, pihaknya bertekat untuk semakin memacu pertumbuhan industri manufaktur. Pasalnya, aktivitas sektor pengolahan konsisten membawa efek berganda bagi perekonomian nasional seperti peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, serta penerimaan devisa dari ekspor.

Menperin menjelaskan pihaknya fokus menjalankan hilirisasi industri. Selain itu, Kementerian Perindustrian aktif untuk menarik investasi dan menggenjot ekspor. “Industri juga menjadi penyumbang terbesar dari pajak dan cukai,” kata Airlangga dalam keterangan pers, Kamis (3/5).

“Indonesia mengalami peningkatan Ease of Doing Business (EODB) terbesar selama dua tahun terakhir, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya,” ungkap Airlangga. 

EODB Indonesia tahun 2017 berada di posisi ke-72, naik 34 peringkat dari peringkat tahun 2015 di urutan ke-106.

Airlangga mengungkapkan, Indonesia saat ini menjadi salah satu negara tujuan utama untuk investasi. Pasalnya, dalam 15 tahun ke depan atau mulai sekitar tahun 2030, Indonesia akan memasuki masa bonus demografi, di mana penduduknya akan didominasi oleh usia produktif. “Berkaca dari Jepang, China, Singapura dan Thailand, setelah memasuki masa bonus demografi, pertumbuhan ekonominya sangat tinggi,” ucapnya.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi sektor industri manufaktur sepanjang kuartal I-2018 mencapai Rp 62,7 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari penanaman modal dalam negeri senilai Rp 21,4 triliun dan penanaman modal asing sebesar US$ 3,1 miliar. Sektor industri logam, mesin, dan elektronik menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi mencapai Rp 22,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi