Geliat para social entrepreneur di Negeri Singa



Komunitas bisnis di Singapura bernama The Hub menggagas sebuah gerakan wirausaha sosial. Komunitas ini menghimpun para social entrepreneur dari berbagai negara untuk bertemu dan melakukan sharing.

Organisasi ini dibangun untuk mencari orang-orang yang berani menjadi entrepreneur yang mau menitikberatkan kegiatan bisnisnya untuk sosial. Saat ini The Hub sudah memiliki mitra di 65 negara dengan anggota sekitar 500 orang yang tergabung dalam 200-an perusahaan kecil.

Sebagian besar adalah social entrepreneur, tetapi entrepreneur murni juga ada. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, mulai dari pelajar, ahli teknologi, dan investor yang mencari solusi demi kebaikan masa depan.


Grace Sai, pendiri The Hub menilai, bisnis tidak hanya mencari keuntungan semata. "Bisnis yang baik juga harus berdampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan," kata Grace belum lama ini.

KONTAN sempat mengunjungi markas The Hub di Jantung Kota Singapura belum lama ini. Komunitas ini memiliki sebuah tempat yang terdiri dari gedung tiga lantai sebagai tempat mereka berkumpul.

Tempat ini menjadi markas para Hubber, anggota kelompok The Hub berkumpul. Di lantai satu disediakan kafe tempat mereka kongkow. Sementara di lantai dua berfungsi sebagai tempat mereka mengerjakan atau merancang proyek bisnis sosialnya.

Bahkan, di tempat ini, disediakan juga motivator atau seorang ahli yang dapat diajak berkonsultasi dengan ide sosial yang mereka miliki. Nantinya, setiap gagasan yang dianggap terbaik akan disaring oleh Singapore International Foundation (SIF) selaku penyandang dana.

Nah, gagasan yang lolos akan mendapat bantuan modal usaha sebesar S$ 10.000 untuk menjalankan bisnisnya. Fairoz Ahmad, salah seorang anggota The Hub mengatakan, dalam komunitas ini setiap pebisnis dituntut memberikan efek positif kepada masyarakat.

Kendati warga Singapura, Fairoz memilih meralisasikan proyek bisnis sosialnya di Indonesia, tepatnya di Kepulauan Riau (Kepri). Bentuknya, memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk menjual lampu tenaga surya.

Dari setiap lampu yang dihargai Rp 200.000 per buah, ibu-ibu ini mengantongi komisi 20%. "Komisi ini membantu mereka," ujarnya. Selain lewat The Hub, SIF juga melakukan pemberdayaan social entrepreneur dengan menggelar Young Social Entrepreneurs (YSE) 2014. Pesertanya juga terdiri dari berbagai negara.

Dalam kesempatan ini, perwakilan Indonesia masuk sebagai finalis. Mereka terdiri dari tiga mahasiswa Universitas Diponegoro, yaitu Rhevi Dayana, Tania Alifianita, dan Rizqikha Hanung. Ketiga mahasiswa melombakan hasil penelitian mereka tentang likuid untuk sayur dan buah. Pupuk ini berasal dari sampah sayuran di pasar-pasar tradisional di Semarang.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri