Geliatan Minyak Dunia Menunggu Pertemuan Oran



SINGAPURA. Minyak mentah diperdagangkan di level yang tak begitu banyak berubah setelah sempat tergelincir 3,8% kemarin lantaran OPEC berpotensi memangkas produksinya kembali pada pertemuan di Orab, Algeria, besok rabu (17/12). Hanya saja, pemangkasan ini diprediksi tak mampu mengerek permintaan bahan bakar karena resesi AS, Jepang dan Eropa yang berkepanjangan. Sebanyak 18 dari 33 analis yang disurvei oleh Bloomberg News menyebutkan bahwa OPEC kemungkinan akan mengiris produksinya sebanyak 2 juta barel per hari, atau 7,3%. Produksi minyak di AS juga kembali menyusut untuk yang ketiga kalinya dalam empat bulan ini. Tak cuma itu saja, permintaan bahan bakar di AS juga melorot karena perindustrian tengah melempem. Sementara itu kilang minyak di China juga memproduksi minyak mentah dalam jumlah yang lebih kecil, bahkan menyentuh angka produksi yang mini sepanjang 15 bulan terakhir. Kilang minyak negeri tirai bambu ini memproduksi 27,27 juta ton minyak mentah bulan November, atau 6,64 juta barel per hari. Padahal, bulan sebelumnya mampu memproduksi 29,9 juta ton. Menurut laporan yang dirilis oleh China Mainland Marketing Research Co., produksi ini menyusut 8,5% ini disebabkan oleh perekonomian yang melambat. “Pemaprasan 2 juta barel per hari rasanya pas untuk pasar saat ini,” kata Tetsu Emori, fund manager Astmax Co. di Tokyo. Menurutnya, apapun keputusan OPEC, harga minyak akan kembali anjlok dan kemungkinan menguji harga minyak hingga US$ 40 per barel. Harga minyak dunia untuk pengiriman Januari turun tipis 12 sen menjadi US$ 44,39 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 11.00 waktu Singapura. Kontrak minyak awalnya mumbul 1,2% menjadi US$ 45,02 per barel. Harga minyak mentah ini sudah tergelincir sebesar 70% dari rekor tertingginya pada bulan Juli lalu, US$ 147,27 per barel. Presiden OPEC Chakib Khelil mengatakan, persediaan minyak mentah dunia cukup untuk memenuhi permintaan selama 57 hari, lima hari lebih panjang ketimbang rata-rata persediaan yang ada sepanjang lima tahun ini. “Stok minyak mentah ini sangat tinggi, kita harus melakukan aksi segera saat ini,” kata El-Badri. Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari diperdagangkan di level US$ 44,60 per barel, tidak berubah dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya di ICE Futures Europe exchange London pada pukul 9:43 waktu Singapura. Kontrak minyak ini merosot sebesar US$ 1,81, atau 3,9 % ketimbang sehari sebelumnya. Kontrak berjangka untuk Januari habis hari ini. Kontrak berjangka untuk Februari berada di level US$ 47,05 per barel, melandai 9 sen pada pukul 10.34 waktu Singapura.


Editor: