Gelombang aksi unjuk rasa menentang kudeta di Myanmar masih berlanjut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Puluhan ribu pengunjuk rasa, termasuk selebriti bisnis pertunjukan, pada Rabu menolak pernyataan tentara Myanmar bahwa publik mendukung penggulingan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan mengatakan aksi demo mereka tidak akan habis.

Para penentang kudeta 1 Februari sangat skeptis terhadap jaminan junta, yang diberikan pada konferensi pers pada hari Selasa, bahwa akan ada pemilihan umum yang adil dan akan menyerahkan kekuasaan, bahkan ketika polisi mengajukan tuntutan tambahan terhadap Suu Kyi.

Peraih Nobel Perdamaian, ditahan sejak kudeta, sekarang menghadapi tuduhan melanggar Undang-Undang Penanggulangan Bencana Alam serta tuduhan secara ilegal mengimpor enam radio walkie talkie. Sidang berikutnya ditetapkan pada 1 Maret.


Baca Juga: Polisi Myanmar ajukan tuntutan kedua atas Aung San Suu Kyi, apa?

“Kami menunjukkan di sini bahwa kami tidak termasuk dalam 40 juta yang mereka umumkan,” Sithu Maung, anggota terpilih dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi mengatakan kepada massa yang bersorak-sorai di Sule Pagoda, sebuah lokasi protes utama di kota utama Yangon.

Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, juru bicara dewan yang berkuasa, mengatakan pada konferensi pers hari Selasa bahwa 40 juta dari 53 juta penduduk mendukung aksi militer.

Tentara menuduh ada kecurangan dalam pemilu 8 November yang disapu oleh partai Suu Kyi seperti yang diharapkan secara luas, dan perebutan kekuasaan sejalan dengan konstitusi dan tetap berkomitmen pada demokrasi.

Seorang pengunjuk rasa yang menyebut namanya Khin mencemooh. "Mereka bilang ada penipuan suara tapi lihat orang-orang di sini," kata Khin.

Kudeta yang terjadi telah memicu demonstrasi setiap hari sejak 6 Februari.

Selanjutnya: Pengacara: Aung San Suu Kyi bakal disidang pekan ini

Editor: Handoyo .