Mimpi buruk perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) belum usai. Setelah harga minyak mentah terjun sangat dalam, mereka masih harus berjuang untuk lepas dari jeratan utang. Kantong banyak perusahaan migas mengering sehingga memengaruhi kemampuan mereka melunasi pinjaman. Moody's, perusahaan pemeringkat dunia, memperkirakan potensi perusahaan migas mengalami gagal bayar alias default cukup tinggi. "Sektor energi tetap paling bermasalah, dari perhitungan akutansi sudah ada 79 default tahun ini," kata Sharon Ou, Senior Credit Officer Moody's seperti dikutip CNBC. Ledakan di sektor energi mendorong gelombang kredit dari bank-bank Amerika Serikat (AS) dalam beberapa dekade terakhir ini untuk ekspansi. Ketika itu, harga minyak melejit ke level US$ 100 per barel. Tapi, harga minyak saat ini ada di kisaran US$ 40 sebarel.
Gelombang default perusahaan migas
Mimpi buruk perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) belum usai. Setelah harga minyak mentah terjun sangat dalam, mereka masih harus berjuang untuk lepas dari jeratan utang. Kantong banyak perusahaan migas mengering sehingga memengaruhi kemampuan mereka melunasi pinjaman. Moody's, perusahaan pemeringkat dunia, memperkirakan potensi perusahaan migas mengalami gagal bayar alias default cukup tinggi. "Sektor energi tetap paling bermasalah, dari perhitungan akutansi sudah ada 79 default tahun ini," kata Sharon Ou, Senior Credit Officer Moody's seperti dikutip CNBC. Ledakan di sektor energi mendorong gelombang kredit dari bank-bank Amerika Serikat (AS) dalam beberapa dekade terakhir ini untuk ekspansi. Ketika itu, harga minyak melejit ke level US$ 100 per barel. Tapi, harga minyak saat ini ada di kisaran US$ 40 sebarel.