KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih terus bergulir yang terjadi sejak masa Pandemi Covid-19 hingga saat ini. Menanggapi hal ini, Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada, Tadjudin Nur Effendi menilai PHK menunjukkan kondisi Indonesia relatif kurang baik. Menurutnya, sektor industri belum mengalami perubahan yang siginifikan sejak pandemi. “Perubahan ekonomi di Eropa dan Amerika menyebabkan penurunan permintaan barang dari Indonesia terutama sektor seperti garmen, kerajinan mebel itu mengalami penurunan, itu belum bisa di atasi sampai sekarang,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).
Tadjudin mengungkapkan, potensi PHK rentan terjadi pada sektor manufaktur yang berkaitan dengan padat karya seperti sepatu, mebel, pakaian, garmen, kerajinan. Baca Juga: Ini Sektor yang Banyak Setop Perekrutan Tahun 2023 Bukan tanpa alasan, kata dia, pasar luar negeri mengalami stagnasi akibat perang, otomatis mengganggu perekonomian negara tersebut yang merupakan negara tujuan hasil industri manufaktur Indonesia. “Bukan hanya masalah dari luar ada juga masalah dari dalam negeri, investor lambat masuk ke Indonesia karena surat izin yang berbelit, ini juga menciptakan peluang kerja kita tidak mengalami perkembangan yang signifikan,” ungkapnya. Tadjudin menuturkan, berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2023 persentase pekerja informal mencapai kurang lebih 60%, sementara sisanya adalah sektor formal. Baca Juga: Klik www.prakerja.go.id, Ini Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 68