Bilah-bilah pipa kecil aluminium yang digantung dengan tali tak hanya menjadi pemanis ruangan atau taman. Benda ini juga bisa diolah menjadi alat musik etnik, genta nada. Pembuat genta nada mampu mendulang omzet hingga Rp 100 juta per bulan.Dulu, Abdul Madjid Gangga populer sebagai pengatur nada alias penyetel piano. Dia sudah mengotak-atik nada alat musik tekan ini sejak tahun 1992. Bakat seni jebolan sekolah Yayasan Musik Indonesia itu mengalir dari sang ibu yang pernah menjadi pemain orkes melayu Sinar Deli.Tahun 1996, Madjid mulai kepikiran untuk membuat alat musik yang tak perlu harus mengatur nada secara berulang-ulang. Kemudian, dari tangannya lahirlah genta nada yang terbuat dari susunan pipa kecil berbahan baku aluminium.Menurut Madjid, genta nada adalah alat musik sederhana yang hanya cukup sekali pengaturan nada. Bilah-bilah pipa aluminium di desain sedemikian rupa olehnya, sehingga menghasilkan harmoni nada.Awalnya, Madjid membuat genta nada dengan nada dasar, seperti C mayor dan C minor. "Lama-kelamaan, saya membikin genta nada dengan nada-nada C7, C9, C11, dan C13," paparnya.Tapi, inovasinya tidak berhenti sampai di situ. Madjid kemudian memproduksi genta nada yang mengeluarkan nada musik etnik. Eksperimennya berlanjut hingga ia berhasil menciptakan genta nada yang menghasilkan suara-suara etnik khas Sunda, Jawa, dan Melayu.Masih kurang puas, lelaki yang lahir di Jakarta itu lantas membuat genta nada mandarin. "Musik saya rekam dan saya bikin not, kemudian disesuaikan dengan genta nada," terang lelaki yang kini berusia 56 tahun itu.Alhasil, sekarang ada 12 jenis genta nada buatan Madjid. Setiap genta nada menghasilkan harmoni suara etnik yang berbeda. Selain Sunda, Jawa, Melayu, dan Mandarin, ada juga Bali, Cirebon, Minang, Manado, Jepang, serta blues.Madjid merakit seluruh genta nada itu di bengkel kerjanya yang bernama Sentra Genta Nada. Lokasinya, di Gang Madu, Sawangan, Depok, Jawa Barat.Sehari-hari, Madjid dibantu enam pegawainya.Untuk memproduksi satu genta nada, Madjid membutuhkan waktu tiga hari. Sebab, proses pembuatannya harus benar-benar teliti terutama dalam mengatur nada yang dihasilkan dari bilah pipa aluminium. Biasanya, satu genta nada terdiri dari 9, 16, 26, dan 50 batang pipa aluminium. “Semakin banyak batang pipa, nadanya semakin beragam,” ucap dia.Madjid melego genta nada yang memiliki 9 batang aluminium dengan harga Rp 500.000. Adapun genta nada yang berisi 50 batang aluminium Rp 15 juta.Salah satu hotel bintang lima di Bali menjadi pelanggan tetap Madjid. Mereka rutin memesan puluhan genta nada per bulan untuk dijual lagi di toko suvenirnya.Tak hanya pembeli lokal, pembeli genta nada bikinan Madjid juga berasal dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Afrika, dan Australia. Dalam sebulan, Madjid memproduksi 20 hingga 50 genta nada dengan rata-rata harga jual sebesar Rp 5 juta per unit. Jenis genta nada yang paling laris adalah yang mengeluarkan harmoni suara etnik Jawa dan Sunda. “Omzet saya minimal Rp 20 juta, maksimal Rp 100 juta per bulan,” tuturnya.Madjid berharap, ke depan, ia bisa memproduksi genta nada secara masal. Soalnya, genta nada tidak hanya sekadar alat musik, tapi juga bisa sebagai alat terapi.Ia pun pantas berbangga hati karena genta nada buatannya mendapat gold award kategori desain produk industri massal dalam ajang Indonesia Good Design Selection 2010. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Gemerincing laba dari usaha alat musik genta nada
Bilah-bilah pipa kecil aluminium yang digantung dengan tali tak hanya menjadi pemanis ruangan atau taman. Benda ini juga bisa diolah menjadi alat musik etnik, genta nada. Pembuat genta nada mampu mendulang omzet hingga Rp 100 juta per bulan.Dulu, Abdul Madjid Gangga populer sebagai pengatur nada alias penyetel piano. Dia sudah mengotak-atik nada alat musik tekan ini sejak tahun 1992. Bakat seni jebolan sekolah Yayasan Musik Indonesia itu mengalir dari sang ibu yang pernah menjadi pemain orkes melayu Sinar Deli.Tahun 1996, Madjid mulai kepikiran untuk membuat alat musik yang tak perlu harus mengatur nada secara berulang-ulang. Kemudian, dari tangannya lahirlah genta nada yang terbuat dari susunan pipa kecil berbahan baku aluminium.Menurut Madjid, genta nada adalah alat musik sederhana yang hanya cukup sekali pengaturan nada. Bilah-bilah pipa aluminium di desain sedemikian rupa olehnya, sehingga menghasilkan harmoni nada.Awalnya, Madjid membuat genta nada dengan nada dasar, seperti C mayor dan C minor. "Lama-kelamaan, saya membikin genta nada dengan nada-nada C7, C9, C11, dan C13," paparnya.Tapi, inovasinya tidak berhenti sampai di situ. Madjid kemudian memproduksi genta nada yang mengeluarkan nada musik etnik. Eksperimennya berlanjut hingga ia berhasil menciptakan genta nada yang menghasilkan suara-suara etnik khas Sunda, Jawa, dan Melayu.Masih kurang puas, lelaki yang lahir di Jakarta itu lantas membuat genta nada mandarin. "Musik saya rekam dan saya bikin not, kemudian disesuaikan dengan genta nada," terang lelaki yang kini berusia 56 tahun itu.Alhasil, sekarang ada 12 jenis genta nada buatan Madjid. Setiap genta nada menghasilkan harmoni suara etnik yang berbeda. Selain Sunda, Jawa, Melayu, dan Mandarin, ada juga Bali, Cirebon, Minang, Manado, Jepang, serta blues.Madjid merakit seluruh genta nada itu di bengkel kerjanya yang bernama Sentra Genta Nada. Lokasinya, di Gang Madu, Sawangan, Depok, Jawa Barat.Sehari-hari, Madjid dibantu enam pegawainya.Untuk memproduksi satu genta nada, Madjid membutuhkan waktu tiga hari. Sebab, proses pembuatannya harus benar-benar teliti terutama dalam mengatur nada yang dihasilkan dari bilah pipa aluminium. Biasanya, satu genta nada terdiri dari 9, 16, 26, dan 50 batang pipa aluminium. “Semakin banyak batang pipa, nadanya semakin beragam,” ucap dia.Madjid melego genta nada yang memiliki 9 batang aluminium dengan harga Rp 500.000. Adapun genta nada yang berisi 50 batang aluminium Rp 15 juta.Salah satu hotel bintang lima di Bali menjadi pelanggan tetap Madjid. Mereka rutin memesan puluhan genta nada per bulan untuk dijual lagi di toko suvenirnya.Tak hanya pembeli lokal, pembeli genta nada bikinan Madjid juga berasal dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Afrika, dan Australia. Dalam sebulan, Madjid memproduksi 20 hingga 50 genta nada dengan rata-rata harga jual sebesar Rp 5 juta per unit. Jenis genta nada yang paling laris adalah yang mengeluarkan harmoni suara etnik Jawa dan Sunda. “Omzet saya minimal Rp 20 juta, maksimal Rp 100 juta per bulan,” tuturnya.Madjid berharap, ke depan, ia bisa memproduksi genta nada secara masal. Soalnya, genta nada tidak hanya sekadar alat musik, tapi juga bisa sebagai alat terapi.Ia pun pantas berbangga hati karena genta nada buatannya mendapat gold award kategori desain produk industri massal dalam ajang Indonesia Good Design Selection 2010. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News