Penataan cahaya menjadi unsur penting dalam setiap panggung hiburan. Maraknya pergelaran di Tanah Air pun menyuburkan bisnis tata cahaya panggung. Tak hanya pemain baru yang bermunculan, pasar bisnis tata lampu ini juga meluas ke berbagai daerah. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negeri ini turut mendongkrak industri hiburan. Tentu saja, maraknya industri ini juga menyeret bisnis-bisnis lainnya. Salah satunya adalah bisnis penataan cahaya (lighting) yang sering dipakai pada acara panggung, pembuatan film, dan videoklip.Perangkat tata cahaya menjadi komponen penting dalam atraksi panggung hiburan, baik yang dilakukan di studio maupun di alam terbuka pada malam hari. Pasalnya, tata cahaya ini mampu menghidupkan suasana dan menjadi pemandangan menarik pada setiap pertunjukan. Untuk menghasilkan rangkaian tata cahaya yang baik, seorang penata cahaya harus piawai memainkan beragam jenis lampu dengan aneka warna untuk menciptakan komposisi cahaya panggung yang spektakuler. Namun, selain penata cahaya, juga dibutuhkan banyak peralatan yang mendukung. Musa Angelo, pemilik Angelo Production di Bogor, mulai menekuni bisnis ini tahun 2009. Ia pun mengakui, bisnis tata cahaya ini cukup menjanjikan. Namun, lanjut Musa, bisnis ini sebenarnya tak mudah. "Sekilas mungkin terlihat mudah, namun sejatinya dibutuhkan kreativitas untuk menata cahaya," ujar Musa.Meski begitu, penjaja jasa penataan lampu panggung ini terus bermunculan. "Inilah tantangannya. Pemain baru selalu menawarkan harga yang lebih miring hingga meningkatkan persaingan," ujar Musa. Musa menambahkan, gereget bisnis jasa tata cahaya ini mulai terasa sejak membanjirnya acara televisi yang berkonsep panggung. Selain itu, maraknya pembuatan film dan video klip musik, yang menggunakan konsep tata cahaya lebih sederhana, juga memperluas pasar bisnis ini. Namun, Musa tetap optimistis, peluang untuk mendapatkan keuntungan tetap besar. Pasalnya, pemain yang fokus pada bisnis pencahayaan masih sedikit. "Kebanyakan penyedia jasa ini juga bergelut di industri production house (PH)," tegasnya.Yang penting, pelaku bisnis tetap kreatif. Musa bilang, kreativitas dan insting pencahayaan menjadi modal utama meraih kesuksesan di bisnis ini. "Pencahayaan merupakan satu unsur penting yang mempengaruhi tampilan di layar. Jadi, kreativitas tak bisa dikesampingkan," tambahnya.Apalagi, jasa tata cahaya panggung ini juga menjadi bagian dari seni, sehingga pelaku industrinya juga bisa disebut sebagai seniman. "Terkadang, penata cahaya sering bereksperimen sebagai teknik improvisasi untuk menghasilkan pencahayaan yang kuat," ujar pria yang baru berusia 25 tahun ini. Di bisnis ini, Musa menawarkan jasanya mulai dari harga Rp 700.000. "Ini berlaku untuk pencahayaan dengan lampu sederhana dan panggung skala kecil," tuturnya.Sementara, untuk proyek berskala besar, Musa bisa membanderolnya hingga jutaan rupiah. "Karena selain harus menggunakan kru yang banyak, lampu yang digunakan pun lebih beragam dan rumit," tandasnya.Dari proyek besar maupun proyek kecil itu, setidaknya saban bulan Musa bisa mengantongi omzet hingga Rp 30 juta. Kebanyakan order pencahayaan itu datang dari pembuatan produser film dan video klip. Ia pun berharap, pemain bisnis ini terus meningkatkan profesionalitas dan kemampuan di dunia lighting. Terutama dari faktor teknik dan penguasaan alat. "Sebenarnya, semua orang dari berbagai latar pendidikan bisa menekuni bisnis ini, asalkan mau belajar dan terus berimprovisasi," terangnya. Demikian juga rezeki yang dinikmati Teddy Firmansyah, pendiri Pesona Indra Production di Jakarta, dari usaha penataan cahaya ini. Itulah sebabnya, Teddy bisa mengatakan, bisnis ini sangat menguntungkan. Teddy memulai usaha sejak 2009 lalu. Kini, saban bulan, sedikitnya Teddy bisa meraup omzet Rp 25 juta. Teddy menawarkan jasa pencahayaan lampu mulai dari harga Rp 500.000 hingga Rp 3 juta. Setiap bulan, ia melayani sekitar 40 permintaan tata cahaya. Kliennya banyak datang dari pengelola acara-acara musik di stasiun televisi.Sejak tahun 2011, Teddy pun berekspansi ke wilayah Sumatra. Di sana, ia banyak menggarap proyek tata cahaya untuk pesta ulang tahun yang diadakan oleh pemerintah kota (pemkot) atau pemerintah kabupaten (pemkab).Proyek dari beberapa pemerintah daerah ini berawal dari sebuah acara di Pemkot Pekanbaru, Riau. "Sejak itu, saya mulai dapat tawaran dari beberapa Pemda lainnya," kata Teddy. Senada dengan Musa, Teddy juga mengatakan bisnis ini gampang-gampang susah. Karena membutuhkan improvisasi dan bakat seni. Karena itu, Teddy pun harus pintar memilih para pekerjanya. Dari sepuluh karyawannya, empat orang di antaranya berpengalaman dalam pembuatan videoklip. Selain itu, menghadapi persaingan yang kian ketat, Teddy harus benar-benar memanfaatkan kesempatan pertama. "Ketika klien puas, maka sangat besar peluang mereka akan menggunakan jasa kita lagi," ucapnya. Pemain senior di bisnis ini adalah Hendra Lie, pemilik tata cahaya Mata Elang. Ia sudah menggeluti bisnis ini sejak 1990. Jumlah pelanggan Hendra pun sudah berjibun. Sejumlah stasiun televisi di tanah air menjadi pelanggan Mata Elang. Di berbagai stasiun televisi ini Hendra menggarap acara mulai acara musik sampai dengan program acara kuis. Dalam sebulan, ia bisa melayani hingga 300 event di tempat yang berbeda.Bagi Hendra, bisnis lampu pertunjukan ini merupakan bagian dari hobi. Dengan begitu, dia tidak hanya mementingkan pendapatan semata. Jika ada pelanggan Mata Elang yang ingin mengadakan acara dan membutuhkan bantuan, sering Hendra tidak mengutip biaya apa pun dari pelanggannya itu. "Ada saatnya untuk bisnis, tapi ada juga saatnya untuk sosial," tutur pria 58 tahun ini.Industri pertunjukan menurut Hendra merupakan industri kreatif yang selalu berkembang. Untuk itu, meski menjadi leader dalam bisnis tata cahaya pertunjukan, ia senantiasa memperhatikan perkembangan dunia showbiz yang selalu dinamis. Hendra kerap memperhatikan tata cahaya berbagai pertunjukan dari luar negeri, baik televisi maupun panggung hiburan, sebagai modal untuk berkreasi dan berinovasi dalam mendesain tata cahaya lampu di setiap pertunjukan. Menurutnya, jika tak memperhatikan perkembangan, bisnisnya pun bisa tergerus kemajuan industri pertunjukan. "Penting untuk memperhatikan perkembangan yang ada. Dengan begitu, kita selalu bisa untuk terus belajar dan berkarya," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Gemerlap bisnis tata lampu pertunjukan
Penataan cahaya menjadi unsur penting dalam setiap panggung hiburan. Maraknya pergelaran di Tanah Air pun menyuburkan bisnis tata cahaya panggung. Tak hanya pemain baru yang bermunculan, pasar bisnis tata lampu ini juga meluas ke berbagai daerah. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negeri ini turut mendongkrak industri hiburan. Tentu saja, maraknya industri ini juga menyeret bisnis-bisnis lainnya. Salah satunya adalah bisnis penataan cahaya (lighting) yang sering dipakai pada acara panggung, pembuatan film, dan videoklip.Perangkat tata cahaya menjadi komponen penting dalam atraksi panggung hiburan, baik yang dilakukan di studio maupun di alam terbuka pada malam hari. Pasalnya, tata cahaya ini mampu menghidupkan suasana dan menjadi pemandangan menarik pada setiap pertunjukan. Untuk menghasilkan rangkaian tata cahaya yang baik, seorang penata cahaya harus piawai memainkan beragam jenis lampu dengan aneka warna untuk menciptakan komposisi cahaya panggung yang spektakuler. Namun, selain penata cahaya, juga dibutuhkan banyak peralatan yang mendukung. Musa Angelo, pemilik Angelo Production di Bogor, mulai menekuni bisnis ini tahun 2009. Ia pun mengakui, bisnis tata cahaya ini cukup menjanjikan. Namun, lanjut Musa, bisnis ini sebenarnya tak mudah. "Sekilas mungkin terlihat mudah, namun sejatinya dibutuhkan kreativitas untuk menata cahaya," ujar Musa.Meski begitu, penjaja jasa penataan lampu panggung ini terus bermunculan. "Inilah tantangannya. Pemain baru selalu menawarkan harga yang lebih miring hingga meningkatkan persaingan," ujar Musa. Musa menambahkan, gereget bisnis jasa tata cahaya ini mulai terasa sejak membanjirnya acara televisi yang berkonsep panggung. Selain itu, maraknya pembuatan film dan video klip musik, yang menggunakan konsep tata cahaya lebih sederhana, juga memperluas pasar bisnis ini. Namun, Musa tetap optimistis, peluang untuk mendapatkan keuntungan tetap besar. Pasalnya, pemain yang fokus pada bisnis pencahayaan masih sedikit. "Kebanyakan penyedia jasa ini juga bergelut di industri production house (PH)," tegasnya.Yang penting, pelaku bisnis tetap kreatif. Musa bilang, kreativitas dan insting pencahayaan menjadi modal utama meraih kesuksesan di bisnis ini. "Pencahayaan merupakan satu unsur penting yang mempengaruhi tampilan di layar. Jadi, kreativitas tak bisa dikesampingkan," tambahnya.Apalagi, jasa tata cahaya panggung ini juga menjadi bagian dari seni, sehingga pelaku industrinya juga bisa disebut sebagai seniman. "Terkadang, penata cahaya sering bereksperimen sebagai teknik improvisasi untuk menghasilkan pencahayaan yang kuat," ujar pria yang baru berusia 25 tahun ini. Di bisnis ini, Musa menawarkan jasanya mulai dari harga Rp 700.000. "Ini berlaku untuk pencahayaan dengan lampu sederhana dan panggung skala kecil," tuturnya.Sementara, untuk proyek berskala besar, Musa bisa membanderolnya hingga jutaan rupiah. "Karena selain harus menggunakan kru yang banyak, lampu yang digunakan pun lebih beragam dan rumit," tandasnya.Dari proyek besar maupun proyek kecil itu, setidaknya saban bulan Musa bisa mengantongi omzet hingga Rp 30 juta. Kebanyakan order pencahayaan itu datang dari pembuatan produser film dan video klip. Ia pun berharap, pemain bisnis ini terus meningkatkan profesionalitas dan kemampuan di dunia lighting. Terutama dari faktor teknik dan penguasaan alat. "Sebenarnya, semua orang dari berbagai latar pendidikan bisa menekuni bisnis ini, asalkan mau belajar dan terus berimprovisasi," terangnya. Demikian juga rezeki yang dinikmati Teddy Firmansyah, pendiri Pesona Indra Production di Jakarta, dari usaha penataan cahaya ini. Itulah sebabnya, Teddy bisa mengatakan, bisnis ini sangat menguntungkan. Teddy memulai usaha sejak 2009 lalu. Kini, saban bulan, sedikitnya Teddy bisa meraup omzet Rp 25 juta. Teddy menawarkan jasa pencahayaan lampu mulai dari harga Rp 500.000 hingga Rp 3 juta. Setiap bulan, ia melayani sekitar 40 permintaan tata cahaya. Kliennya banyak datang dari pengelola acara-acara musik di stasiun televisi.Sejak tahun 2011, Teddy pun berekspansi ke wilayah Sumatra. Di sana, ia banyak menggarap proyek tata cahaya untuk pesta ulang tahun yang diadakan oleh pemerintah kota (pemkot) atau pemerintah kabupaten (pemkab).Proyek dari beberapa pemerintah daerah ini berawal dari sebuah acara di Pemkot Pekanbaru, Riau. "Sejak itu, saya mulai dapat tawaran dari beberapa Pemda lainnya," kata Teddy. Senada dengan Musa, Teddy juga mengatakan bisnis ini gampang-gampang susah. Karena membutuhkan improvisasi dan bakat seni. Karena itu, Teddy pun harus pintar memilih para pekerjanya. Dari sepuluh karyawannya, empat orang di antaranya berpengalaman dalam pembuatan videoklip. Selain itu, menghadapi persaingan yang kian ketat, Teddy harus benar-benar memanfaatkan kesempatan pertama. "Ketika klien puas, maka sangat besar peluang mereka akan menggunakan jasa kita lagi," ucapnya. Pemain senior di bisnis ini adalah Hendra Lie, pemilik tata cahaya Mata Elang. Ia sudah menggeluti bisnis ini sejak 1990. Jumlah pelanggan Hendra pun sudah berjibun. Sejumlah stasiun televisi di tanah air menjadi pelanggan Mata Elang. Di berbagai stasiun televisi ini Hendra menggarap acara mulai acara musik sampai dengan program acara kuis. Dalam sebulan, ia bisa melayani hingga 300 event di tempat yang berbeda.Bagi Hendra, bisnis lampu pertunjukan ini merupakan bagian dari hobi. Dengan begitu, dia tidak hanya mementingkan pendapatan semata. Jika ada pelanggan Mata Elang yang ingin mengadakan acara dan membutuhkan bantuan, sering Hendra tidak mengutip biaya apa pun dari pelanggannya itu. "Ada saatnya untuk bisnis, tapi ada juga saatnya untuk sosial," tutur pria 58 tahun ini.Industri pertunjukan menurut Hendra merupakan industri kreatif yang selalu berkembang. Untuk itu, meski menjadi leader dalam bisnis tata cahaya pertunjukan, ia senantiasa memperhatikan perkembangan dunia showbiz yang selalu dinamis. Hendra kerap memperhatikan tata cahaya berbagai pertunjukan dari luar negeri, baik televisi maupun panggung hiburan, sebagai modal untuk berkreasi dan berinovasi dalam mendesain tata cahaya lampu di setiap pertunjukan. Menurutnya, jika tak memperhatikan perkembangan, bisnisnya pun bisa tergerus kemajuan industri pertunjukan. "Penting untuk memperhatikan perkembangan yang ada. Dengan begitu, kita selalu bisa untuk terus belajar dan berkarya," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News