KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek gempa Lombok yang terjadi beberapa waktu lalu berimbas ke pebisnis biro wisata. Seperti PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES), anak usaha dari PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR). AB Sadewa, Sekretaris Perusahaan PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk bilang bahwa setelah adanya bencana di Lombok tingkat pemesanan wisata tidak terlalu kencang karena banyak orang yang menghindar untuk bepergian di Indonesia. "Inilah yang membuat kami tidak terlalu jor-joran menawarkan paket wisata," katanya kepada KONTAN, Rabu (3/10). Padahal, Lombok merupakan salah satu destinasi utama bagi Grup Panorama, termasuk Destinasi Tirta Nusantara. Bagi perusahaan ini, sejatinya ada tiga destinasi utama yang jadi tujuan utama para pelancong asing. Yakni Bali, Yogyakarta baru Lombok.
Dari total turis asing didatangkan Destinasi Tirta Nusantara, sekitar 55% tertuju ke Bali. Lantas Yogyakarta sebanyak 30% baru Lombok yang menyumbang 10%. Sisanya ke sejumlah destinasi wisata lainnya seperti Toraja, Danau Toba, Wakatobi, Raja Ampat dan Labuan Bajo. Meski begitu, perusahaan ini tidak tinggal diam. Beberapa destinasi wisata alternatif coba tawarkan ke para pelancong asing. Salah satunya ke Danau Toba. Tapi karakter Danau Toba yang sejuk tidak disukai oleh para turis asal China. Sejatinya Labuan Bajo bisa menjadi alternatif yang pas menggantikan Lombok selama masa pemulihan gempa . Tapi sayangnya, fasilitas hotel dan akomodasi lainnya di Labuan Bajo masih kurang dan tidak selengkap Lombok. Ternyata untuk menawarkan destinasi wisata lokal ke turis mancanegara tidaklah seragam. Masing-masing turis asing punya karakter tempat wisata pilihan. Ambil contoh turis asal Eropa yang menyukai destinasi wisata budaya. Kalau turis asal Tiongkok lebih suka berpanas-panas ria di pantai. Sedangkan turis asal Timur Tengah baru dapat dialihkan ke destinasi yang memiliki karakter hawa dingin seperti Malang, Bromo, dan Danau Toba.