GEMS targetkan produksi batubara 28 juta-29 juta ton sepanjang 2019



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) mengincar produksi batubara sebesar 28 juta-29 juta ton sepanjang tahun ini. Perusahaan berkode emiten GEMS itu menaikkan target produksi dari realisasi tahun lalu yang mencapai 22,64 juta ton.

Sekretaris perusahaan Golden Energy Mines Sudin Sudirman mengungkapkan, kendati menargetkan produksi hingga 29 juta ton, namun GEMS membidik jumlah penjualan yang lebih tinggi, yakni 31 juta ton. Untuk mencapai target itu, GEMS pun akan menyerap produksi dari pihak ketiga.

Sudin bilang, mayoritas penjualan memang akan disasar ke pasar ekspor. Namun, ia memastikan bahwa pihaknya tetap akan memenuhi kewajiban untuk memasok batubara ke pasar domestik atau Domestic Market Obligation (DMO), bahkan siap untuk melebihi target dari yang ditetapkan pemerintah.


Tak jauh beda dari tahun lalu, lanjut Sudin, pada tahun ini GEMS memproyeksikan bisa memasok sebesar 35% hingga 40% untuk DMO. "Kami selalu memenuhi DMO, bahkan melebihi kewajiban, termasuk pada tahun ini, sekitar 35%-40%" kata Sudin saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (10/3).

Meski tak menyebutkan detailnya, namun menurut Presiden Direktur Golden Energy Mines Bonifasius, dari jumlah pasokan DMO tersebut, mayoritasnya dipasok ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Kami pasok ke PLN dan swasta lain, porsi terbesar ke PLN," ujar Boni.

Adapun, sebesar 60%-65% penjualan batubara dari GEMS akan menyasar pasar ekspor. Bonifasius sebelumnya mengatakan bahwa dengan adanya penurunan permintaan dari pasar China, pada tahun ini GEMS akan meningkatkan penjualan ke India.

Asal tahu saja, sebelumnya sekitar 40% batubara mereka dipasarkan ke China, disusul penjualan ke pasar domestik, dan selanjutnya pasar India. Selain itu, GEMS juga menyasar pasar anyar seperti Korea, Vietnam, dan Malaysia.

Di sisi lain, sepanjang tahun lalu, GEMS membukukan kenaikan pendapatan sebesar 37,61% dibanding tahun 2017, menjadi US$ 1,04 miliar. Namun, laba bersih GEMS justru melorot 16,10% menjadi US$ 98,77 juta.

Boni bilang, peningkatan pendapatan terjadi karena volume penjualan yang meningkat. Sedangkan penurunan laba bersih terjadi karena biaya produksi dan penjualan yang ikut terkerek. "Penurunan laba bersih disebabkan kenaikan biaya produksi, seperti fuel dan sedikit mengalami penurunan harga jual," ungkapnya.

Boni tak bisa memprediksi bagaimana capaian pendapatan dan laba yang akan dibukukan GEMS pada tahun ini. Ia hanya mengatakan, pihaknya masih akan melihat pasar dan pergerakan harga untuk menjalankan strategi produksi dan penjualan di tahun 2019.

Boni pun bahkan menutup kemungkinan untuk meningkatkan jumlah produksi jika harga telah melambung dalam tren yang positif. "(Pendapatan dan laba) tergantung market dan harga jual. Seperti kita ketahui harga jual di kuartal I ini menurun dibandingkan rata rata tahun lalu. Tapi kita lihat perkembangan bulan bulan yang akan datang," ujar Boni.

Asal tahu saja, mayoritas produksi batubara GEMS memiliki kandungan 4.200 kilokalori per kilogram (kkal/kg). Meski harga batubara jenis kalori ini mengalami tren peningkatan, namun harganya masih ada di kisaran US$ 37 per ton.

Adapun, harga batubara acuan (HBA) per bulan Maret masih melorot dibanding bulan sebelumnya. Yakni sebesar US$ 90,57 per ton, atau turun 1,34% dari HBA Februari 2019 yang sebesar US$ 91,8 per ton.

Kendati demikian, Sudin yakin, raihan positif masih bisa diraih pada tahun ini. Untuk porsi produksi, sambung Sudin, GEMS masih akan mengandalkan pasokan dari anak usahanya, yakni Borneo Indobara (BIB).

Sepanjang tahun lalu, Borneo Indobara menyumbang produksi sebesa 20,25 juta ton. Sedangkan anak usaha lainnya, yaitu PT Kuansing Inti Makmur (KIM) memproduksi sebesar 2,17 juta ton, PT Barasentosa Lestari (BSL )sebanyak 173.439 ton, dan PT Trisula Kencana Sakti (TKS) sebanyak 47.114 ton. "Pada tahun ini dari BIB antara 20 juta-25 juta, KIM 2-3 juta, dan yang lain 1-2 juta," ungkapnya.

Sementara itu, di tahun 2019, GEMS menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 25 juta. Boni menyebut, sebesar US$ 20 juta dari total belanja modal itu akan dikucurkan untuk BIB.

Boni menjelaskan, pada tahun ini pihaknya akan meningkatkan infrastruktur dan sarana pendukung untuk produksi batubara, serta bakal menambah kapasitas barge loading conveyor. "Kita akan tingkatkan kapasitasnya dari 4.000 ton per jam menjadi menjadi 6.200 ton per jam," katanya.

Rencana penambahan kapasitas ini ditargetkan rampung pada akhir tahun ini, sehingga pada awal tahun depan sudah mampu mempercepat aktivitas pengangkutan batubara. "Tahun ini belum berpengaruh, kita siapkan infrastruktur ini dari sekarang untuk ke depannya," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini