JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) gencar ekspansi dengan cara akuisisi. Tapi, ekspansi itu memakai dana pinjaman. Akibatnya tingkat liabilitas dua emiten Grup Salim itu membengkak. Hal tersebut sejatinya sudah terlihat dalam laporan kinerja kuartal III 2013. Total liabilitas INDF, semisal, melonjak menjadi Rp 34,93 triliun dari sebelumnya Rp 25,24 triliun. Utang bank jangka panjang INDF per September 2013 tercatat Rp 7,9 triliun atau naik 998% secara year-on-year (yoy). Sementara, utang bank jangka pendek INDF sebesar Rp 6,6 triliun, naik 155,17% dari kuartal III 2012. Begitu juga dengan liabilitas anak usaha INDF, yakni ICBP naik 36,76% menjadi Rp 7,18 triliun.
INDF memang membiayai sebagian ekspansi dari pinjaman bank. Salah satunya adalah akuisisi saham China Minzhong Food Corporation Limited (CMFC), perusahaan sayur asal China yang terdaftar di Bursa Singapura. INDF mengaku mendanai dari pinjaman bank US$ 360 juta. Werianty Setiawan, Direktur dan Sekretaris Perusahaan INDF mengatakan, INDF harus merogoh kocek dalam untuk akuisisi seluruh saham CMFC. "Untuk ekspansi yang besar memang dibutuhkan pendanaan dari eksternal," kata dia. Para analis menilai, beban utang INDF masih bisa membengkak seiring dengan bertambahnya ekspansi. Baru-baru ini, ICBP mengakuisisi 22 perusahaan yang tergabung dalam Grup Tirta Bahagia (TB) pemilik merek air minum "Club", senilai Rp 2,2 triliun. ICBP akan mendanai ekspansi itu dari pinjaman perbankan dan kas. Bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) ini akan dikelola ICBP bersama Asahi Grup Holdings Southeast Asia Pte Ltd. INDF melalui Indofood Agri Resources Ltd juga memperbesar sayapnya di bisnis industri gula. Investasi saham tersebut dilakukan secara patungan bersama First Pacific Company Limited. INDF akan mengakuisisi 34% saham Roxas Holdings Inc, perusahaan gula terbesar di Filipina senilai US$ 57,3 juta. Andri Goklas, analis OSO Securities mengatakan, secara jangka pendek, utang yang membengkak itu akan menekan margin laba INDF dan ini sudah terlihat dari laporan keuangan kuartal III. Dia bilang, dengan konsolidasi CMFC, beban utang INDF bertambah lantaran CMFC memiliki utang cukup besar. Yualdo Yudoprawiro, analis Samuel Sekuritas dalam risetnya menuliskan, penurunan laba bersih INDF di kuartal III 2013 bukan cuma biaya bahan baku yang naik karena pelemahan rupiah. Margin INDF juga turun karena beban bunga yang naik akibat penambahan utang. Laba bersih INDF sampai kuartal III turun 24,62% menjadi Rp 1,92 triliun. Ini juga menggerus net margin INDF menjadi 4,66% dari 6,82% secara yoy.
Rasio utang kotor terhadap ekuitas juga naik 0,45 kali dari 0,62 kali. Sementara, rasio utang bersih terhadap ekuitas naik dari 0,06 kali menjadi 0,23 kali. Menurut Andri, INDF masih mempunyai prospek sangat menarik dalam jangka panjang. Apalagi, setelah INDF mengakuisisi saham Roxas. "Beban utang INDF akan meningkat, namun akan positif di tahun mendatang," ujar dia. Dia pun melihat, meski meningkat rasio utang INDF masih aman. Nirgunan Tiruchelvam, analis Standard Chartered dalam risetnya juga melihat, rasio utang terhadap EBITDA ICBP di tahun ini masih sebesar 0,3 kali. Karena itu, ICBP masih punya banyak ruang untuk mendanai ekspansi melalui pinjaman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana