KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (
HRUM) terus melebarkan sayapnya ke bisnis nikel. Terbaru, melalui anak usahanya yakni PT Harum Nickel Industry (HNI), HRUM mengambil bagian atas 250.000 saham baru dalam PT Westrong Metal Industry. Jumlah ini mewakili 20% dari total modal yang ditempatkan dan disetor Westrong Metal Industry dengan harga pengambilan bagian saham sebesar US$ 75 juta. Sebagai gambaran, Westrong Metal Industry merupakan perseroan terbatas yang bergerak di bidang pemurnian nikel (smelter). Smelter milik Westrong Metal Industry yang menggunakan teknologi rotary klin electric furnace (RKEF) direncanakan akan mulai dibangun dalam tahun ini berikut infrastrukturnya di kawasan Industri Weda Bay di Kabupaten Halmahera Tengah. Smelter ini memiliki kapasitas produksi tahunan antara 44.000 sampai 56.000 ton nikel dalam bentuk feronikel/nickel pig iron.
Baca Juga: Perusahaan Batubara Ramai-Ramai Rambah Industri Nikel Sebelumnya, HRUM beberapa kali sempat menambah kepemilikannya di saham perusahaan nikel dan smelter nikel, seperti di PT Infei Metal Industry, perusahaan yang bergerak dalam bidang pemurnian nikel (smelter). Raditya Pradana, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera menilai, ekspansi bisnis yang dilakukan HRUM di segmen nikel tentunya akan memperkuat ekosistem bisnis dari HRUM. Ini tentunya berpotensi meningkatkan kinerja HRUM dalam jangka panjang. Sebab, ekspansi bisnis yang dilakukan HRUM di segmen nikel berpotensi membuka ladang pendapatan baru bagi HRUM selain dari segmen batubara.
Baca Juga: Kuartal I 2022, Laba Bersih Harum Energy (HRUM) Melesat 256% Di satu sisi, kinerja HRUM juga tertopang harga batubara yang juga masih solid. Menurut Raditya, selama hubungan Rusia dan Ukraina masih memanas dan belum menemukan titik terang untuk berdamai, maka harga komoditas masih tetap tinggi, tak terkecuali untuk harga batubara. “Kondisi ini tentunya masih menjadi katalis positif bagi HRUM,” terang R aditya kepada Kontan.co.id, Selasa (10/5). Sementara itu, analis Korea Investments & Sekuritas Indonesia Fahressi Fahalmesta memperkirakan pendapatan dari bijih nikel akan berkontribusi 19,1% dari pendapatan konsolidasi HRUM pada 2022. Persentase ini akan terus berkembang menjadi 38,9% dari total pendapatan HRUM pada 2025 mendatang.
Baca Juga: Melihat Rencana Ekspansi Harum Energy (HRUM) di Sektor Nikel Fahressi memperkirakan, keuntungan dari PT Infei Metal Industry (IMI) dan Nickel Mines Limited (NIC) akan menyumbang sebesar US$ 53,7 juta atau 20,7% dari laba bersih konsolidasi HRUM pada 2022. Angka ini diperkirakan bakal meningkat menjadi US$ 128 juta pada 2025 atau 70,7% dari laba bersih konsolidasi HRUM. Fahressi memandang, harga batubara global dalam jangka menengah akan bertahan pada level yang tinggi, terutama karena stabilnya permintaan dari China dan risiko kurangnya pasokan di Eropa di tengah kecamuk perang Rusia-Ukraina. Fahressi memproyeksikan produksi batubara HRUM pada 2022 dan 2023 masing-masing akan sebesar 4,3 juta ton dan 5,0 juta ton. Dari sisi harga, Fahressi memperkirakan harga jual rata-rata atau
average selling price (ASP) batubara milik HRUM masing-masing berada di angka US$ 133 per ton dan US$ 105 per ton pada 2022 dan 2023.
Baca Juga: Perkuat Bisnis Nikel, Harum Energy (HRUM) Rampungkan Akuisisi 20% Saham Westrong Korea Investments & Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp 16.500. Sementara itu, berdasarkan
price to earnings ratio (PER) dan
price to book value (PBV) saat ini, Raditya menilai harga HRUM saat ini sudah premium. “Kami sarankan untuk
buy on weakness saja, untuk meminimalkan risiko,” tutup dia. Pada perdagangan Selasa (10/5), saham HRUM ditutup melemah 6,82% ke level Rp 10.250. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati