Gencatan Senjata Gaza Masih Belum Tercapai Jelang Ramadan



KONTAN.CO.ID - Mesir masih terus menjalin kontak dengan para tokoh penting dari Hamas dan Israel demi bisa mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza selama bulan Ramadan yang akan dimulai antara hari Senin atau Selasa pekan ini.

Melansir Reuters, Mesir telah melakukan kontak dengan Hamas dan badan intelijen Israel, Mossad, pada hari Minggu (10/3). Pendekatan itu dilakukan di bawah mandat kepresidenan Mesir.

Pada hari Sabtu (9/3), Mossad mengatakan bahwa upaya untuk mencapai kesepakatan sedang berlangsung, meskipun harapan untuk mencapai gencatan senjata sebelum Ramadan dimulai memudar.


Baca Juga: China Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Mesir, bersama Qatar dan AS, telah berusaha untuk merealisasikan agar gencatan senjata di Jalur Gaza bisa terjadi selama bulan Ramadan. Jeda perang itu akan menjadi imbalan atas pembebasan sandera Israel yang ditangkap dalam serangan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Perundingan terakhir di Kairo pekan lalu sayangnya berakhir tanpa hasil. Pada kesempatan itu, Israel juga tidak mengirimkan wakilnya.

Kepada Reuters, pejabat senior Hamas, Bassem Naim, mengatakan bahwa pihaknya telah mengajukan proposal perjanjian gencatan senjata kepada mediator dan masih setia menunggu respons dari pihak Israel.

Naim mengklaim bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah dengan sengaja menghindari kesepakatan gencatan senjata. Hamas berharap AS memiliki kemampuan untuk mendorong sekutunya itu agar mau mencapai kesepakatan.

Baca Juga: Israel Didesak Buka Lebih Banyak Rute Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Banyak kelompok pemberi bantuan yang mengatakan bahwa saat ini seluruh Gaza telah terperosok ke dalam krisis kemanusiaan. Wilayah utara yang sebagian besar terisolasi mengalami situasi paling buruk.

Melansir AP News, jumlah penduduk yang masih bertahan di kawasan itu diperkirakan sebanyak 300.000 jiwa. Banyak dari mereka dilaporkan terpaksa hanya mengonsumsi pakan ternak untuk bertahan hidup.

Baru-baru ini PBB mengatakan bahwa satu dari enam anak di bawah usia 2 tahun di wilayah utara menderita kekurangan gizi akut.