Genderang Perang Ditabuh Produsen Pulp and Paper



JAKARTA. Krisis finansial global sudah membikin puyeng pelaku industri pulp and paper. Industri yang banyak mengandalkan pasar luar negeri itu sudah terpukul dengan menyusutnya demand akibat perlambatan ekonomi.Kondisi pasar yang mulai ikut terjebak dampak resesi global ini mau tak mau membikin para produsen melakukan berbagai macam upaya untuk bertahan. Mulai dari mengurangi produksi hingga melakukan efisiensi perusahaan. Yang terbaru, adanya indikasi para pelaku pasar mulai membidik strategi harga sebagai upaya bertahan. "Ada perang harga untuk memperebutkan konsumen," ungkap pelaku pasar industri ini yang enggan disebut namanya, kepada KONTAN.Akibat krisis, harga bubur kertas dan kertas memang jadi terbanting cukup dalam. Di pasar saat ini, harga pulp serat pendek sudah ambrol di level US$ 650 sampai US$ 700 per ton, dari harga semula US$ 800 per ton. Pulp serat panjang juga sami mawon, banderolnya merosot menjadi US$ 800 per ton menjadi seharga US$ 900 per ton. "Kalau seperti ini terus tentu tidak sehat, bakal kian berat untuk kami," ujarnya.Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia M. Mansur menolak anggapan tengah terjadi perang harga antar produsen bubur kertas dan kertas tanah air saat ini. "Kalau pun memang ada perang harga, asosiasi enggak bisa berbuat apa-apa, ini masalah bisnis biasa," cetusnya kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: