Kelurahan Watusampu, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah terkenal dengan sarung tenunnya. Sayangnya, saat ini jumlah perajin sarung tenun di Watusampu tinggal terisa 20 orang saja. Sebelumnya, sekitar 75% wanita di kelurahan ini bekerja sebagai penenun. Jaena, salah satu penenun mengaku, kebanyakan wanita di Watusampu beralih profesi dengan menekuni usaha lain, seperti membuka toko. Sementara para remaja putri sudah tak mau lagi bekerja sebagai penenun. Mereka memilih bekerja di toko-toko di daerah perkotaan. Lilik mengakui, banyak wanita di Watusampu kini beralih profesi. Lilik sendiri masih setia dengan kegiatan menenun. Dia mengaku, sudah berhenti menenun saat menjadi kuliah di salah satu perguruan tinggi di daerah Palu, Sulawesi Tengah. “Saya dulu belajar menenun dari orang tua,” katanya pada KONTAN.
Generasi penerus sentra tenun pilih pergi ke kota
Kelurahan Watusampu, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah terkenal dengan sarung tenunnya. Sayangnya, saat ini jumlah perajin sarung tenun di Watusampu tinggal terisa 20 orang saja. Sebelumnya, sekitar 75% wanita di kelurahan ini bekerja sebagai penenun. Jaena, salah satu penenun mengaku, kebanyakan wanita di Watusampu beralih profesi dengan menekuni usaha lain, seperti membuka toko. Sementara para remaja putri sudah tak mau lagi bekerja sebagai penenun. Mereka memilih bekerja di toko-toko di daerah perkotaan. Lilik mengakui, banyak wanita di Watusampu kini beralih profesi. Lilik sendiri masih setia dengan kegiatan menenun. Dia mengaku, sudah berhenti menenun saat menjadi kuliah di salah satu perguruan tinggi di daerah Palu, Sulawesi Tengah. “Saya dulu belajar menenun dari orang tua,” katanya pada KONTAN.