Genjot DPK, bank syariah berburu dana murah



JAKARTA. Industri perbankan syariah mulai gencar menggenjot pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) terutama dari sisi dana murah atau current account saving account (CASA).

PT BNI Syariah memasang target pertumbuhan pembiayaan hingga akhir 2017 mencapai 17% hingga 20%. Direktur Konsumer BNI Syariah, Dhias Widiyanti mengatakan, untuk mencapai target tersebut pihaknya akan fokus mencari pendanaan khususnya meningkatkan rasio dana murah atau CASA ratio mencapai 50% pada akhir tahun ini.

"CASA kami saat ini komposisinya sekitar 47,8% dari total DPK. Sampai akhir tahun, kami target 49%. Tapi kami upayakan mencapai 50% ke atas," ujar Dhias, Jumat (12/5).


Selama ini, anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ini masih mengandalkan sekitar 25% pendanaan dari dana Kementerian Agama. "Supaya kami bisa sustain kami harus mencari dana-dana lain selain dana Kemenag," katanya.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan CASA dari sisi giro. BNI syariah akan mengarahkan perseroan menjadi transactional banking alias mengoptimalkan nasabah pembiayaan. Sementara untuk tabungan akan menyasar sektor pendidikan, yakni melalui layanan pembayaran iuran Surat Permintaan Pembayaran (SPP).

Tidak cukup mengandalkan DPK sebagai pendanaan, rencananya, BNI Syariah juga akan mendapatkan suntikan modal sebesar Rp 500 miliar dari induk perseroan pada tahun ini.

Hingga akhir tahun ini, BNI Syariah menargetkan dana pihak ketiga dapat menembus Rp 27,9 triliun.

Per kuartal I 2017, BNI Syariah mencatat DPK tumbuh sebesar 23,88% secara year on year (yoy) menjadi Rp 25,8 triliun. Dari total DPK tersebut, komposisi deposito sekitar 53%, sementara tabungan sebanyak 38% dan giro 9%. Pertumbuhan tabungan mendominasi yakni mencapai 29,78% sedangkan giro tumbuh 29,67% yoy.

Pemain lain, PT Bank Syariah Mandiri mematok pertumbuhan DPK tahun ini sebesar 10,2% yoy menjadi menjadi Rp 74,06 triliun. "Dengan rincian target pertumbuhan tabungan 11,0% dan giro 21,2%," tutur Direktur BSM Edwin Dwidjajanto.

Adapun, hingga kuartal I 2017, anak usaha Bank Mandiri ini mencatat DPK sebesar Rp 71 triliun atau tumbuh 12,43% yoy. Jika dirinci, dana murah tumbuh 19% menjadi Rp 35,5 triliun, sementara sisanya merupakan dana mahal atau deposito.

Kata Edwin, untuk mengejar target tersebut pihaknya akan fokus pada optimalisasi pengelolaan nasabah eksisting dengan penawaran layanan perbankan e-channel BSM, antara lain internet banking, mobile banking, EDC dan cash management.

Dari sisi tabungan, BSM akan fokus pada dua produk dana unggulan, yakni tabungan BSM dan tabungan Mabrur. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSM juga akan agresif menjalin kerja sama layanan pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri.

Edwin menuturkan, pihaknya juga akan menjalin sinergi dengan induk melalui Layanan Syariah Bank (LSB). Nantinya, calon nasabah yang tertarik membuka rekening BSM, dapat melakukan pembukaan rekening di kantor cabang Bank Mandiri. "Kami juga akan luncurkan VISA debit, dan menggelar event below the line untuk menjaring nasabah potensial di daerah-daerah," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini