Genjot Ekspor Ikan dan Udang, eFishery Tekan Emisi Karbon di Agrikultur



KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di bidang agrikultur, eFishery memastikan akan terus menekan emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan atau agrikultur. 

Chief Product Officer dan Co-Founder eFishery, Chrisna Aditya mengatakan, penggunaan teknologi pemberi pakan ikan (feeder) dapat menekan emisi karbon hingga 20% jika dibandingkan dengan pemberian pakan secara manual. 

"Dengan pakan yang lebih efisien, dan dengan listrik yang digunakan juga lebih menguntungkan. Karbon yang dihasilkan lebih sedikit karena produktivitasnya meningkat dan pakanya lebih hemat," ujarnya saat ditemui KONTAN di Kantor Pusat eFishery, Bandung, Rabu (24/7/2024). 


Menurut Chrisna, pengurangan tersebut dapat terjadi karena efisiensi pakan yang dihasilkan oleh alat pemberi pakan. Pasalnya, pakan ikan yang terbuang dapat menghasilkan karbon. Selain dapat menekan karbon, penggunaan alat pemberi pakan eFishery juga lebih menguntungkan untuk para petani ikan. 

Baca Juga: KKP Janji Mengungkap Aktor Penyelundupan Benur

Saat ini eFishery tengah menghitung karbon yang dihasilkan pada proses pemeliharaan dan juga pengiriman produk ikan hingga ke tangan konsumen. Perhitungan tersebut dilakukan untuk memenuhi persyaratan dari beberapa pembeli yang berasal dari luar negeri. 

"Kami lagi menghitung, karena memang banyak kerja sama dengan beberapa NGO yang konsen terhadap lingkungan, karena targetnya ekspor udang dan ikan dan itu menjadi salah satu requirement untuk buyer-buyer di luar," sebut Chrisna.

Untuk diketahui, awalnya dua pemuda lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) disebut menjadi penyelamat para pembudidaya ikan dan udang lewat perusahaan rintisan mereka, eFishery. Keduanya adalah Chrisna Aditya Wardani dan Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy. 

Mereka memiliki visi yang sama, yaitu ingin semua orang Indonesia gemar makan ikan seperti daging ayam. Alhasil, Aditya dan Gibran menciptakan aplikasi eFishery, mesin penebar pakan canggih untuk ikan dan udang yang bekerja secara otomatis.

Sejak resmi didirikan tahun 2013, ribuan smart feeders telah digunakan dan melayani lebih dari 200.000 pembudidaya dari 24 provinsi di Indonesia, dengan lebih dari 1,1 juta kolam. "Dengan teknologi e-feeder, mampu mempercepat siklus panen hingga 74 hari," terang Chrisna.

Sepanjang tahun 2023, eFishery telah menjadi pemasok ikan dan udang terbesar dengan total transaksi melebihi S$ 200 juta dan total volume ikan serta udang mencapai 300.000 ton. Kemudian, memfasilitasi hingga Rp 8 triliun untuk transaksi penjualan ikan air tawar dan udang, serta memfasilitasi Rp 4 triliun transaksi penjualan pakan ikan dan udang.

Lalu, seiring berjalannya waktu, rangkaian inovasi yang eFishery ciptakan di antaranya eFarm dan eFisheryKu. eFarm merupakan platform online yang menyediakan informasi lengkap dan mudah dipahami mengenai operasional tambak udang pembudidaya, sedangkan eFisheryKu merupakan platform terintegrasi dimana pembudidaya ikan dapat membeli berbagai keperluan budidaya, seperti pakan ikan, dengan harga yang kompetitif.

Pembudidaya juga dapat mengajukan permodalan melalui eFund, yang menghubungkan pembudidaya ikan secara langsung dengan institusi keuangan.  Adapun komponen utama dari eFund adalah Kabayan (Kasih, Bayar Nanti), sebuah layanan yang memberikan pembudidaya ikan modal produktif yang dapat digunakan untuk membeli sarana produksi budidaya dengan sistem pembayaran tempo. 

Baca Juga: Ekspor Perikanan KKP Naik Tipis, Tiongkok Catat Kontribusi Terbesar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati