Genjot infrastruktur demi atasi ketimpangan



KONTAN.CO.ID - Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan, persoalan ketimpangan tidak bisa dihindari oleh negara berkembang mana pun.

Berdasarkan teori Simon Kuznets, ketika negara tumbuh dengan cepat maka akan diikuti oleh ketidakmerataan yang tinggi lantaran saat negara mengalami pertumbuhan yang tinggi yang paling diuntungkan adalah kelompok masyarakat kaya.

Meski demikian, akan ada titik yang saat pertumbuhan ekonomi tinggi di suatu negara, tetapi jarak antara penghasilan kelompok termiskin dan kelompok kaya menyempit sehingga ketidakmerataan membaik. "Indonesia one day (akan terjadi), tetapi bukan berarti do nothing. Tetap harus ada intervensi," kata Tony.


Lebih lanjut menurutnya hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan masing-masing pihak, melainkan harus bersinergi. Pemerintah kata Tony, bisa mengawalinya dengan membangun infrastruktur. Sebab dalam jangka pendek hal itu akan menyerap tenaga kerja dan dalam jangka panjang akan menekan biaya logistik yang bisa mengundang investor.

Sementara anggaran infrastruktur di tahun depan yang direncanakan sebesar Rp 409 triliun, telah sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Sebab, anggaran itu menjadi anggaran terbesar kedua setelah anggaran pendidikan 2018 yang sebesar Rp 440 triliun.

"Meski menurut saya anggaran infrastruktur kalau bisa dinaikkan lagi karena pemerintah agak takut perlebar defisit APBN. Sebetulnya ada space, saya sarankan, ada relaksasi sedikit defisit menjadi jadi 2,5%-2,6% dari PDB," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto