KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menstimulus pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan tahun depan, nampaknya pemerintah perlu menggenjot konsumsi rumah tangga. Setali tiga uang, dunia usaha bisa tumbuh. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan konsumsi memang menjadi salah satu vitamin bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Catatan Josua, kebijakan moneter dan fiskal perlu bersinergi guna menciptakan ekosistem yang baik. Dari sisi kebijakan moneter, Josua bilang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) yang lebih melandai tentu akan membuat konsumsi masyarakat meningkat.
Baca Juga: BNI perkuat keamanan transaksi e-channel lewat cara ini Josua memandang pola pikir masyarakat untuk konsumsi semakin menggiurkan ketimbang menyimpai uang di dalam bank. Namun, dia tidak memungkiri respon penurunan suku bunga acuan BI tidak langsung direspon cepat oleh suku bunga kredit di perbankan. “Dalam sektor rill, efek penurunan BI7DRR terhadap suku bunga kredit bisanya 4-6 bulan pasca pemangkasan suku bunga acuan,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (26/9). Josua bilang dalam klasifikasi bank buku I-IV mempunyai daya serap masing-masing, tergantung dari fundamental bank itu sendiri. “Jadi ini tergantung tergantung kepada loan to deposit ratio (LDR), non performing loan (NPL), likuiditas BI, suku bunga bank itu sendiri, dan lain sebagainya,” kata dia.