KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aplikasi Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum) yang digunakan untuk menciptakan pertumbuhan nasabah baru Holding Ultra Mikro (UMi) menunjukkan hasil yang signifikan. Aplikasi ini pun menjadi salah ujung tombak Holding UMi untuk memberdayakan ekonomi wong cilik. Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan akuisisi nasabah baru menjadi lebih cepat dengan kehadiran Senyum
mobile. Aplikasi tersebut menjadi platform penjualan digital terintegrasi dari ketiga entitas (BRI, Pegadaian, PNM) yang memungkinkan
joint acquisition. “Aplikasi Senyum Mobile, ini modifikasi sebenarnya dari Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum) dan ini
mobile. Itu sekarang sudah dipakai oleh lebih dari 68.000 tenaga pemasar BRI, Pegadaian, dan PNM,” katanya belum lama ini.
Agar pemberdayaan tepat sasaran, BRI menggunakan data analitik yang basisnya adalah integrasi data nasabah. Dengan demikian, dapat memudahkan perseroan mengakuisisi lebih dari 6,9 juta nasabah baru untuk membuka akun Simpedes UMi.
Baca Juga: Opex Perbankan Meningkat, Terdorong Kenaikan Beban Pegawai Nasabah-nasabah anyar tersebut terutama berasal dari masyarakat yang tadinya tidak mengenal produk perbankan sama sekali. Dengan upaya tersebut, selain peningkatan inklusi keuangan, BRI juga turut menanamkan literasi keuangan sehingga nasabah-nasabah baru lebih paham mengakses kredit untuk permodalan, hingga transaksi
cashless. “Sehingga membentuk ekosistem yang lebih cepat dan berdampak ke pertumbuhan, aplikasi ini juga mampu mengefisienkan nasabah dalam bertransaksi sehingga meningkatkan efisiensi yang luar biasa,” lanjut Sunarso. Sampai dengan September 2022, lebih dari 6,9 juta nasabah tersebut menghasilkan CASA atau dana murah hingga sebesar Rp 678,6 miliar. Hal itu membuka jalan bagi PNM untuk melakukan
disbursement pinjaman secara nontunai di mana angkanya terus meningkat mencapai Rp245 miliar kepada lebih dari 40.000 debitur hingga September 2022. Sunarso melanjutkan, kehadiran Holding UMi mampu meningkatkan efisiensi kinerja ketiga entitas tersebut, sekaligus dapat melayani lebih banyak nasabah ultra mikro untuk diberdayakan. Efisiensi dapat dilihat dari ditekannya
cost of fund (CoF) setelah kehadiran Holding UMi. Pada September 2021
cost of fund BRI 2,14% dan September 2022 turun menjadi 1,73%. Kemudian untuk Pegadaian, pada September 2021
cost of fund-nya mencapai 6,15%, dan pada September 2022 menjadi 4,69%, sedangkan PNM pada September 2021
cost of fund-nya sebesar 8,85% dan pada akhir kuartal III/2022 menjadi 7,85%. “Akibatnya secara total seluruh Holding Ultra Mikro ini menghasilkan perbaikan efisiensi yang sangat baik di mana
cost to income ratio (CIR) BRI dulu 42,1% sekarang turun menjadi 37,11%. Artinya terjadi peningkatan efisiensi yang sangat baik,” kata Sunarso.
Baca Juga: Bank Bakal Tetap Pertebal Pencadangan pada Tahun 2023, Ini Alasannya Sunarso lebih lanjut menjelaskan bahwa CIR Pegadaian mencapai 63% pada September 2021, sedangkan September 2022 turun menjadi 60,06%. Demikian juga PNM, dari 77,40% sekarang sudah turun menjadi 60,19% pada periode yang sama.
“Saya kira ini, tidak bisa dipungkiri adalah keberhasilan dari proses digitalisasi, bisnis,
underwriting, dan kemudian transaksi di yang kecil-kecil terutama yang di nasabah-nasabah Mekaar di PNM,” lanjutnya. Nasabah pun kian bertumbuh. Sinergi ketiga entitas melalui Holding UMi menghasilkan pertumbuhan kredit secara total sebesar 13,9%. Sunarso merinci, PNM mampu menumbuhkan kreditnya setelah dibentuk
holding sebesar 27,1%. Pertumbuhan tersebut dinilai sebagai penaikan kredit yang sangat agresif. Kemudian Pegadaian mampu tumbuh 5,4%, sedangkan BRI sendiri untuk segmen UMi yang tergabung dalam bisnis mikro mampu tumbuh 14,0%. Atas pertumbuhan itu Sunarso menekankan bahwa pihaknya berkomitmen mengiringinya dengan penerapan manajemen risiko yang baik sehingga kualitas kredit terjaga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi