KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank umum kelompok usaha (BUKU) III akan mendorong pertumbuhan pendapatan non bunga tahun ini. Tak heran, pendapatan non bunga mampu menopang laba bersih perbankan. Ambil contoh PT Bank CIMB Niaga Tbk mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 16,9% secara tahunan atau
year on year dari Rp 2,9 triliun menjadi Rp 3,48 triliun. Pertumbuhan laba bersih tersebut didukung oleh pendapatan non bunga atau
non interest income yang naik sebesar 13,8% menjadi Rp3,8 triliun. Padahal kredit bank dengan sandi BNGA ini hanya tumbuh 1,8% yoy menjadi Rp 188,4 triliun. Begitupun dengan pendapatan bunga bersih turun 3,2% menjadi Rp 12,01 triliun.
Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan untuk mendorong pendapatan non bunga dari segmen konsumsi, pihaknya akan mengoptimalkan sumber pendapatan dari komisi tabungan, kartu kredit
interchange, merchants. Juga lewat produk
wealth management seperti
bancassurance, investasi, reksadana dan juga transaksi komisi dari digital dan ATM. "Kami targetkan
fee to income ratio di segmen konsumer dapat tumbuh sekitar 30%-32% yoy," ujar Lani kepada Kontan.co.id, Jumat (22/2). Guna mengenjot pendapatan berbasis komisi atau
fee based income PT Bank Maybank Indonesia Tbk akan mengoptimalkan layanan
digital banking. Presiden Direktur Maybank Taswin Zakaria menyatakan pada 2019 pihaknya menganggarkan belanja modal sebesar Rp 220 miliar. "Dari total belanja modal tersebut 65% akan digunakan untuk investasi infrastrukur teknologi infomasi (IT) termasuk layanan
digital banking. IT perbankan itu sangat pesat sehingga sangat wajar kalo tiap tahun bank secara umum menganggarkan kapasitor untuk IT," ujar Taswin. Artinya sekitar Rp 143 miliar belanja modal Maybank akan dialokasikan untuk keperluan IT. Taswin menyebut nantinya pihaknya akan melakukan pembaruan produk internet banking Maybank2u atau M2U dengan berbagai fitur anyar. Termasuk penyelesaian perubahan pada
website atau
internet banking. "Jadi kami ingin mengintegrasikan
website dengan M2U, seluruh layanan akan dikoneksikan sehingga ketika nasabah berpindah tidak ada perbedaan yang mencolok. Ini inisiatif besar kami," jelas Taswin.
Direktur Keuangan Maybank Thilagavathy Nadason menyatakan strategi digital tersebut dilakukan guna kembali mendorong tumbuhnya pendapatan non bunga. Lantaran sepanjang 2018,
fee based income Maybank turun 17% secara tahunan atau
year on year (yoy) menjadi Rp2,2 triliun. Padahal di 2017 pendapatan non bunga ini mencapai Rp 2,7 triliun. Thila mengaku tahun lalu,
fee based income turun lantaran pendapatan dari transaksi yang berkaitan dengan
tresury bank menurun. "Tahun ini dari
tresury kami akan tingkatkan, karena kalau berharap dari
trade global masih sulit kalau sama dengan tahun lalu saja kami masih oke. Paling stabil masih
fee dari
wealth management. Fee based income memerlukan banyak transaksi dengan layanan digital bank akan membantu tidak hanya jumlah nasabah tapi juga jumlah transaksi," jelas Thila. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi