KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT MRT Jakarta menyampaikan tahun depan masih akan meningkatkan pendapatan non tiket. Salah satunya adalah menggenjot pendapatan dari penjualan 7 hak penamaan di beberapa stasiun miliknya. William Sabandar, Presiden Direktur MRT Jakarta menyebut selain dari pendapatan iklan, pendapatan non tiket dari penjualan hak atas nama stasiun. Saat ini baru 5 stasiun yang sudah dijual hak penamaannya. Baca Juga: MRT Jakarta berencana IPO tahun 2022 Kelimanya adalah Stasiun Lebak Bulus Grab, Blok M BCA, Istora Mandiri, Setiabudi Astra dan Dukuh Atas BNI. Menurutnya dengan rerata penumpang 91.000 orang setiap harinya dengan profil seperti itu tak sulit untuk menjajakan hak penamaan untuk 7 stasiun lainnya. "7 yang belum terjual minus Stasiun Asean karena itu diberikan negara ke Asean. Kami akan jual 7 tetapi kalau terjual 5 ya sisanya kami akan jual tahun depannya lagi," ujarnya di Jakarta, Rabu (27/11) Asal tahu saja, dari total pendapatan non tiket di tahun ini yang mencapai Rp 225 miliar kontribusi naming rights cukup besar dengan 33% atau mencapai Rp 74,25 miliar. Ia berharap tahun depan pendapatan hak penamaan stasiun melonjak signifikan. "Kan yang 5 stasiun sudah kami jual hak penamaannya sudah konsisten 5 tahun kami dapat pemasukan. Kalau misalnya dapat Rp 150 miliar dari hak penamaan karena jual lagi tahun depan kan akan nambah lagi," lanjutnya. Baca Juga: LRT Jakarta berbayar mulai Desember, Bank DKI siap dukung sistem pembayarannya Hak penamaan saat ini memang menjadi pemasukan non tiket tertinggi kedua bagi MRT Jakarta. Kontribusinya dibawah pendapatan iklan yang sebesar 55% mencapai Rp 123,75 miliar, disusul kemudian oleh telekomunikasi dan ritel masing-masing sebesar 2% dan 1%. "Pendapatan non tiket untuk penamaan baru 5 dari 12. Ada advertasing, kalau ritel hanya 1% tetapi itu melengkapi pelayanan kami di stasiun kan," tutupnya.?
Genjot pendapatan non tiket, MRT Jakarta bakal jual 7 naming right
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT MRT Jakarta menyampaikan tahun depan masih akan meningkatkan pendapatan non tiket. Salah satunya adalah menggenjot pendapatan dari penjualan 7 hak penamaan di beberapa stasiun miliknya. William Sabandar, Presiden Direktur MRT Jakarta menyebut selain dari pendapatan iklan, pendapatan non tiket dari penjualan hak atas nama stasiun. Saat ini baru 5 stasiun yang sudah dijual hak penamaannya. Baca Juga: MRT Jakarta berencana IPO tahun 2022 Kelimanya adalah Stasiun Lebak Bulus Grab, Blok M BCA, Istora Mandiri, Setiabudi Astra dan Dukuh Atas BNI. Menurutnya dengan rerata penumpang 91.000 orang setiap harinya dengan profil seperti itu tak sulit untuk menjajakan hak penamaan untuk 7 stasiun lainnya. "7 yang belum terjual minus Stasiun Asean karena itu diberikan negara ke Asean. Kami akan jual 7 tetapi kalau terjual 5 ya sisanya kami akan jual tahun depannya lagi," ujarnya di Jakarta, Rabu (27/11) Asal tahu saja, dari total pendapatan non tiket di tahun ini yang mencapai Rp 225 miliar kontribusi naming rights cukup besar dengan 33% atau mencapai Rp 74,25 miliar. Ia berharap tahun depan pendapatan hak penamaan stasiun melonjak signifikan. "Kan yang 5 stasiun sudah kami jual hak penamaannya sudah konsisten 5 tahun kami dapat pemasukan. Kalau misalnya dapat Rp 150 miliar dari hak penamaan karena jual lagi tahun depan kan akan nambah lagi," lanjutnya. Baca Juga: LRT Jakarta berbayar mulai Desember, Bank DKI siap dukung sistem pembayarannya Hak penamaan saat ini memang menjadi pemasukan non tiket tertinggi kedua bagi MRT Jakarta. Kontribusinya dibawah pendapatan iklan yang sebesar 55% mencapai Rp 123,75 miliar, disusul kemudian oleh telekomunikasi dan ritel masing-masing sebesar 2% dan 1%. "Pendapatan non tiket untuk penamaan baru 5 dari 12. Ada advertasing, kalau ritel hanya 1% tetapi itu melengkapi pelayanan kami di stasiun kan," tutupnya.?