JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk akan menambah jenis produk sebanyak 70
stock keeping unit (SKU) tahun ini. Target ini agresif, mengingat biasanya mereka hanya menambah 20 SKU-30 SKU saja. Perinciannya: sebanyak 90% SKU baru adalah produk perawatan tubuh. Lantas 10% sisanya dari kategori produk minuman. "Ini karena kami banyak melakukan inovasi jenis produk perawatan tubuh," ujar Direktur Keuangan PT Kino Indonesia Tbk Peter Chayson saat paparan publik, Rabu (25/5).
Oh iya, SKU adalah kode unik yang diberikan kepada setiap item barang. SKU itu untuk membedakan produk satu dengan yang lain. Adapun saat ini Kino Indonesia sudah memiliki 21 merek dan 684 SKU. Perinciannya, produk perawatan tubuh memiliki 11 merek dan 544 SKU sedangkan produk minuman memiliki empat merek dan 55 SKU. Lalu, produk makanan memiliki empat merek dan 75 SKU. Terakhir, produk farmasi memiliki dua merek dan 10 SKU. Berbekal tambahan SKU, Kino Indonesia ingin penjualan produk perawatan tubuh berkontribusi 50%. Sebagai informasi, penjualan produk perawatan tubuh pada 2015 tercatat Rp 1,69 triliun, atau berkontribusi 46,88%. Namun penambahan SKU tak serta-merta meningkatkan kinerja. "Kenaikan omzet dari penambahan SKU biasanya baru bisa dinikmati di tahun kedua atau ketiga," terang Harry Sanusi, Presiden Direktur PT Kino Indonesia Tbk. Rencana Kino Indonesia, SKU anyar akan meluncur pada kuartal III atau kuartal IV. Jadi, perusahaan berkode KINO di Bursa Efek Indonesia itu paling cepat merasakan dampaknya pada tahun 2017. Bisnis jamu Meski fokus utama tahun ini pada produk perawatan tubuh, Kino Indonesia tetap menaruh perhatian pada kategori produk lain. Perusahaan itu juga ingin membesarkan bisnis farmasi berupa jamu. Kebetulan, Kino Indonesia telah mengakuisisi merek jamu Dua Putri Dewi milik PT Surya Herbal. Nilai akuisisi merek tersebut Rp 29 miliar. Sebagai catatan, Kino Indonesia hanya mengakuisisi merek, bukan saham Surya Herbal. Alasan Kino Indonesia mengembangkan bisnis jamu karena potensi yang menjanjikan. Meski perkembangannya bertahap, bisnis jamu menawarkan fundamental bisnis jangka panjang. Hal itu berbeda dengan bisnis makanan dan minuman. "Kalau makanan dan minuman, penjualannya bisa tinggi kalau produknya diterima masyarakat, tapi cepat pula turun karena loyalitas konsumen terhadap produk itu tidak ada," beber Harry. Selain menggeber produk, Kino Indonesia berencana menambah luas pabrik di Cikande, Tangerang, Banten. Luas bangunan pabrik itu kini 14.975 meter persegi (m²).
Kino Indonesia juga bermaksud menambah pusat distribusi 10% lebih banyak pada tahun ini. Lokasi yang mereka pilih di Jawa dan Bali. Jumlah pusat distribusi Kino Indonesia sekarang yakni 1.082 jaringan. Untuk memuluskan semua rencana ekspansi, Kino Indonesia menyediakan dana belanja modal Rp 250 miliar. Hingga kuartal I-2016 berakhir, mereka baru membelanjakan sekitar Rp 5 miliar. Kino Indonesia berharap bisa mencetak pertumbuhan topline maupun bottom line. Target pertumbuhan penjualan tahun ini sebesar 11% sedangkan target pertumbuhan laba bersih 36%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan