KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca meningkatkan efisiensi dengan melakukan sejumlah divestasi aset, PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) kian fokus menggarap bisnis distribusi petroleumnya. Emiten yang telah mengoperasikan lebih dari 100 stasiun pengisian bensin ini optimistis komposisi distribusi bahan bakar minyak (BBM) akan kian berkembang. Di kuartal pertama lalu, AKRA membukukan pendapatan sebesar Rp 5,83 triliun atau naik 34,3% year-on-year (yoy) dibandingkan pendapatan di periode yang sama pada tahun sebelumnya. Laba besrsih AKRA bahkan melesat 259,5% yoy menjadi Rp 929 miliar dari sebelumnya hanya Rp 258,41 miliar. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Arandi Ariantara, berpendapat, AKRA tampak cukup optimistis terhadap pertumbuhan kinerjanya ke depan, terutama dalam tahun ini. Terutama, terkait dengan rencananya melakukan joint venture (JV) dengan British Petroleum (BP) dan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).
Menurut Arandi, AKRA dan BP berencana membuka 12 stasiun pengisian bahan bahar umum (SPBU) pada kuartal keempat mendatang. Lokasinya tersebar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Dalam kurun lima tahun ke depan, AKRA bahkan menargetkan dapat membuka 153 SPBU baru melalui JV ini. "AKRA optimis segmen retail akan mendorong volume distribusi bensin dan berkontribusi 30% terhadap keseluruhan distribusi. Menurut manajemen, setiap SPBU berpotensi memberikan
return on investment (ROI) sebesar 18% dan rata-rata menjual 20 kiloliter (kl) per hari," terang Arandi dalam risetnya, 12 Juli. Saat ini, penjualan bensin ke perusahaan pertambangan batubara masih mendominasi keseluruhan volume distribusi yaitu sebesar 30%. Sementara, penjualan ke segmen ritel baru mencapai 10% dari total volume distribusi. Dengan terus menggenjot jumlah SPBU baru, AKRA berharap komposisi distribusi ini bisa berubah di tahun -tahun mendatang. Volume Naik Tren kenaikan harga batubara sepanjang tahun ini juga diprediksi bakal mengerek volume distribusi AKRA. Menurut Arandi, emiten meyakini volume distribusi bisa melaju lebih kencang pada paruh kedua tahun ini seiring dengan rencana produsen batubara untuk menaikkan produksi. "AKRA menargetkan volume penjualan dapat tumbuh 10% yoy atau mencapai 2,2 juta kl," jelas Arandi. Adapun, kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam hal kenaikan harga bensin nonsubsidi tak membuat AKRA khawatir. Arandi juga melihat, marjin emiten ini masih akan tetap terjaga. "Kebijakan pemerintah untuk kenaikan harga bensin nonsubsidi tidak memiliki batas atas (cap) penentuan harga. Selama marjin penyalur masih sebesar 10%, maka penyalur dapat menentukan harga bensin mengikuti pergerakan harga minyak internasional," papar Arandi. Di sisi lain, William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Sekuritas, menilai, AKRA juga patut mewaspadai harga minyak dunia yang bergejolak. Kendati harga pokok penjualan berpotensi naik, tapi gejolak harga juga bisa mendatangkan risiko karena menjadi lebih tidak pasti. "Begitu juga dengan pelemahan kurs rupiah sampai akhir tahun nanti yang berpotensi memengaruhi kinerja emiten," ujar William, Selasa (24/7). Dus, William melihat, prospek kinerja AKRA dalam jangka panjang masih cukup positif. Terutama jika JV berjalan lancar dan pembukaan SPBU baru secara konsisten dilakukan. Dari segi harga sahamnya, William juga menganggap AKRA masih cukup menarik. Ia sendiri memasang target harga 5.800 hingga akhir tahun dan memberi rekomendasi beli sahamnya.
Sementara, Arandi memproyeksi di penghujung tahun nanti pendapatan AKRA akan tumbuh 4,7% menjadi Rp 25,08 triliun. Laba bersih juga ditargetkan naik 39,5% menjadi Rp 1,83 triliun. Untuk itu, Arandi merekomendasikan maintain buy saham AKRA dengan target harga sebesar 6.000. Budi Rustanto, analis Valbury Sekuritas Indonesia juga memberi rekomendasi buy saham AKRA dengan target harga 6.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia