Genting Berhad Teken Kontrak Fasilitas LNG di Papua Barat Senilai US$ 962,8 Juta



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan asal Malaysia, Genting Berhad telah menandatangani kesepakatan senilai US$ 962,8 juta untuk fasilitas Floating Liquefied Natural Gas (LNG) di Papua Barat dari Wison New Energies dari China.

Genting Berhad melalui Perusahaan Genting Oil & Gas Sdn Bhd dan PT Layar Nusantara Gas (PTLNG), telah menandatangani Kontrak Rekayasa, Pengadaan, Konstruksi, Instalasi dan Komisioning dengan Wison New Energies Co., Ltd (Wison), dengan harga kontrak sebesar US$ 962,8 Juta (yang akan melebihi US$ 1 miliar termasuk biaya yang dapat diganti hingga U$ 70 juta) untuk Fasilitas Floating Liquefied Natural Gas (FLNG) 1,2 MTPA (Kontrak EPCIC) pada tanggal 20 Juni 2024.

Berdasarkan Kontrak EPCIC ini, Wison akan membangun fasilitas FLNG di galangan kapal mereka yang berlokasi di Nantong dan ZhouShan di China. Setelah melewati uji kinerja lapangan, Fasilitas FLNG akan ditarik ke tujuan akhirnya yang terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat, Indonesia, di mana uji komisioning akhir akan dilakukan.


"Durasi proyek diperkirakan 27 bulan sejak pelaksanaan Kontrak EPCIC diikuti dengan masa garansi 18 bulan," kata Tan Sri Lim Kok Thay, Chairman dan Chief Executive Genting Berhad dalam keterangan resmi, Jumat (21/6).

Baca Juga: Menilik Peluang dan Tantangan Pengelolaan Receiving Terminal LNG di Indonesia

Adapun, target tanggal berlayar dari galangan kapal ZhouShan adalah pada kuartal II-2026. Gas umpan untuk Fasilitas FLNG akan dipasok dari struktur Asap, Kido dan Merah di dalam Wilayah Kerja Blok Kasuri di Papua Barat, Indonesia, yang diberikan kepada Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL), regulator minyak dan gas Indonesia (yang kemudian digantikan oleh SKK MIGAS ).

Pemerintah Indonesia menyetujui Revisi Rencana Pembangunan Tahap Pertama untuk struktur Asap, Kido dan Merah pada tanggal 9 Februari 2023, yang memungkinkan pasokan 230 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) gas alam ke fasilitas FLNG untuk 18 tahun, serta pasokan gas alam sebesar 101 MMSCFD ke pabrik Amoniak dan Urea yang akan dibangun di Papua Barat, Indonesia selama 17 tahun.

"Perusahaan dengan senang hati mempercayakan proyek penting ini kepada Wison, karena ini akan menjadi kontrak ketiga bagi Wison untuk membangun fasilitas FLNG, setelah kontrak dengan Exmar dan ENI. Ini akan menjadi fasilitas FLNG pertama di Indonesia dan FLNG kesembilan di dunia," ujarnya.

Untuk memastikan proyek selesai sesuai dengan jadwal yang direncanakan, PTLNG telah menandatangani Perjanjian Pemberitahuan Terbatas untuk Dilanjutkan (Perjanjian LNTP) untuk pembelian barang timah panjang senilai US$ 43,04 Juta pada tanggal 8 September 2023.

Perjanjian LNTP telah diperpanjang lebih lanjut untuk mencakup kemajuan pekerjaan rekayasa sampai dengan tanggal penandatanganan Kontrak EPCIC ini termasuk pemotongan baja lambung pada tanggal 7 Juni 2024 untuk memungkinkan tercapainya penurunan LNG pertama pada tahun sesuai jadwal pada triwulan ketiga tahun 2026.

Sampai saat ini, PTLNG telah berkomitmen sebesar total US$ 188 juta berdasarkan Perjanjian LNTP dan jumlah tersebut merupakan bagian dari harga Kontrak EPCIC sebesar US$ 962,8 juta.

Editor: Anna Suci Perwitasari